107.9 RDKFM

Jembatani Hubungan Lintas Provinsi, Lazuardi Naftali Raih Pengalaman Berharga di Program Pertukaran Pemuda

Muhammad Lazuardi Naftali menjembatani kolaborasi dan sinergi antar-provinsi. Sumber. Dok. Pribadi Muhammad Lazuardi Naftali, yang akrab disapa Lazuardi, merupakan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Dengan dedikasi tinggi dan semangat luar biasa, Lazuardi berhasil meraih kesempatan berharga mewakili Kota Tangerang Selatan sekaligus Provinsi Banten dalam Program Pertukaran Pemuda Antar Provinsi (PPAP) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (KEMENPORA RI). Kesempatan ini menjadi pengalaman berharga yang tidak semua orang dapatkan, sebab hanya individu terpilih yang dipercaya membawa nama daerah di tingkat nasional. Motivasi terbesarnya mengikuti program ini adalah keinginan kuat untuk memperkenalkan potensi Provinsi Banten secara lebih luas kepada para pemuda dari 34 provinsi di seluruh Indonesia. Lazuardi ingin menunjukkan kekayaan budaya, keberagaman tradisi, dan nilai-nilai kearifan lokal Banten yang belum banyak dikenal secara mendalam oleh daerah lain. “Harapannya, kehadiran aku dalam program ini tidak hanya sebatas sebagai perwakilan daerah, tetapi juga mampu menjadi jembatan yang mempererat hubungan antar pemuda dari berbagai provinsi dan menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas daerah aku sendiri,” ungkapnya dengan rendah hati. Tanggung jawab terbesar yang diembannya adalah menjaga nama baik kota dan provinsi yang diwakilinya, tidak hanya dalam kegiatan resmi, tetapi juga dalam sikap dan tindakan sehari-hari. “Aku juga harus selalu siap kapan pun dan di mana pun untuk memperkenalkan kekayaan budaya, tradisi, serta ciri khas yang dimiliki oleh Banten dan Kota Tangerang Selatan kepada masyarakat luas agar identitas daerah aku semakin dikenal dan dihargai,” jelasnya. Selama mengikuti program PPAP, Lazuardi ditempatkan di Desa Natai Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Ia bergabung bersama sembilan delegasi dari berbagai provinsi di Indonesia dan merasakan pengalaman yang sangat berkesan. Salah satu momen paling membekas baginya adalah ketika dapat saling belajar, bercengkrama, dan tumbuh bersama sebagai perwakilan daerah masing-masing. “Suasana penuh kebersamaan, canda, dan tawa menciptakan ikatan emosional yang kuat selama pelaksanaan kegiatan. Pengalaman tersebut menjadi pelajaran berharga yang tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga mempererat rasa persaudaraan lintas daerah,” tuturnya. Setelah program berakhir, Lazuardi berencana menerapkan ilmu, pengalaman, dan wawasan yang diperolehnya selama kegiatan berlangsung. Ia ingin membawa pembelajaran tersebut untuk direalisasikan di lingkungan tempat tinggalnya, baik di Kota Tangerang Selatan maupun di wilayah Provinsi Banten. “Melalui langkah tersebut, aku ingin memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat, terutama dalam bentuk program yang relevan dengan kebutuhan daerah dan mampu mendorong perkembangan komunitas lokal agar lebih maju dan berdaya,” ujarnya penuh semangat. Di akhir perbincangan, Lazuardi berpesan kepada mahasiswa agar tidak takut mencoba hal baru dan terus membuka diri terhadap berbagai kesempatan. “Jangan pernah berhenti belajar, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus, karena setiap pengalaman sekecil apa pun membawa pelajaran berharga bagi perkembangan diri. Kesempatan itu banyak, tinggal bagaimana kita berani mengambil langkah atau membiarkannya lewat begitu saja. Yang terpenting adalah tetap konsisten untuk terus belajar, karena proses itu tidak akan pernah berhenti dan justru menjadi jalan menuju pengalaman luar biasa,” pesannya. (Nadine Fadila Azka)

Bongkar Ketakutan Public Speaking, Nata Flat Buktikan Diri dengan Gelar Runner-up

Ahmad Jannata Zainsty, sebagai peraih prestasi runner-up dalam ajang English Speech at the American English Royal Exhibition (AEROTION). Sumber. Dok. Pribadi Ahmad Jannata Zainsty, atau yang akrab disapa Nata, seorang anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bahasa Flat, telah menorehkan prestasi membanggakan sebagai runner-up dalam ajang English Speech at the American English Royal Exhibition (AEROTION) yang diselenggarakan oleh TID EDSA UNDIP. Pencapaian ini ternyata tak hanya memberinya piala, namun juga membakar semangatnya untuk terus berkembang dan tidak puas pada satu titik keberhasilan. “Saya tidak boleh takut dan mengurung diri lagi. Maka dari itu saya memberanikan diri untuk terus menerus maju mendapatkan sebanyak banyaknya prestasi untuk membuat orang tua, kerabat, orang sekitar, teman, dan kelak anak dan istri saya di masa depan merasa bangga kepada saya,” ungkap Nata, penuh tekad. Nata membagikan pandangannya mengenai ketakutan terbesar dalam public speaking, bahwa ketakutan itu sebetulnya hanyalah asumsi yang muncul di benak sendiri. Banyak orang enggan berbicara di depan umum karena takut tampil tidak sempurna atau khawatir akan di hakimi. Namun, Nata meyakini kenyataan di lapangan justru berbeda. “Padahal menurut saya, dalam praktiknya justru orang lain sangat menghargai betul kepada orang yang berani berbicara di hadapan umum, karena sudah berusaha untuk mengungkapkan pendapatnya di hadapan banyak orang,” jelasnya. Menurut Nata, kunci dari mentalitas kuat saat public speaking adalah penguasaan materi secara keseluruhan. Penguasaan yang baik akan secara otomatis menumbuhkan rasa percaya diri di panggung. Tantangan sebenarnya yang kerap menjatuhkan mental adalah kurangnya kontrol diri, terutama pada pikiran dan asumsi negatif yang berlebihan. “Kita tidak bisa mengendalikan pikiran dan asumsi kita yang terlalu buruk. Sehingga hal tersebut membuat kita takut dan menahan potensi kita. Padahal berbicara di depan tidak seburuk itu, justru hal tersebut menyenangkan karena pada akhirnya kita dapat didengarkan oleh banyak orang dan membuat orang lain tahu apa isi pikiran kita,” tutup Nata, memberikan pesan inspiratif agar generasi muda berani melangkah maju dan menyuarakan pendapat. (Safia Salsabila Putri)

Kegigihan, Proses Egidia Indah Lestari Sebagai Duta UIN Jakarta 2025

Duta UIN Jakarta 2025, Egidia Indah Lestari Egidia Indah Lestari, adalah seorang mahasiswi aktif Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), jurusan Manajemen. Beberapa waktu lalu pada Selasa (8/08), dirinya berhasil meraih kemenangan dengan menempatkan posisi pertama dalam Final Raya Pemilihan Duta UIN Jakarta 2025. Perjalanan hingga menoreh prestasi ini menjadi bukti nyata atas kesiapan dirinya dalam mengikuti ajang tersebut.  Baginya, menjadi Duta UIN Jakarta adalah sebuah mimpi sejak tahun 2024. Namun, mahasiswi semester 5 tersebut memiliki beberapa pertimbangan yang pada akhirnya memutuskan untuk mendaftarkan dirinya pada tahun 2025. Dengan dukungan penuh dari kedua orang tua, serta persiapan yang lebih matang dari tahun sebelumnya, membuat keputusannya semakin kuat untuk mengikuti proses seleksi Pemilihan Duta UIN Jakarta 2025. “Setelah melewati beberapa tahap seleksi yang panjang, mulai dari pengumpulan berkas, wawancara, tes minat dan bakat, public speaking, dan wicara publik. Jujur saya bersyukur sekali telah diberikan kemudahan untuk selalu lolos dari tahap demi tahap yang tidak mudah untuk saya lewati. Namun, saya selalu yakin memang tidak ada jalan yang mudah, tetapi dalam setiap jalan pasti ada kemudahan,” ujarnya. Menurutnya, segala momen dalam ajang Pemilihan Duta UIN Jakarta 2025 tidak ada yang bisa dilupakan. Namun, ada satu momen yang sangat berkesan ketika dirinya mengalami gangguan tenggorokan pada saat menjelang tes minat dan bakat. Gangguan itu membuatnya sangat kesulitan untuk berbicara. Berbagai cara telah dilakukan untuk meredakan gangguannya tetapi hal tersebut sia-sia.  “Selain itu, tantangan terbesar yang muncul ketika melewati tahap demi tahap adalah overthinking sendiri. Setiap selesai seleksi, saya selalu merenung apakah saya siap untuk gagal jika tidak menjadi pemenang. Dan pada akhirnya saya berfikir, ketika kita siap untuk berhasil, maka kita juga harus siap untuk gagal. Karena kegagalan adalah bagian dari proses,” jelasnya. Menjadi Duta UIN Jakarta adalah menjadi representasi dari UIN itu sendiri. Oleh karena itu, dirinnya sangat ingin berkontribusi penuh untuk kampus, serta bisa membawa semangat dan dampak positif kepada seluruh sivitas akademis dengan Smart (berproses dengan ilmu), Active (bergerak dengan nilai), dan Inspiring (menginspirasi dengan akhlak). Ketiga kata itu selalu dijunjung tinggi oleh Duta UIN Jakarta. Dirinya menyampaikan, bahwa nilai yang selalu didirikan bahkan sebelum menjadi Duta UIN Jakarta adalah nilai yang diajarkan oleh orang tuanya, yaitu menjadi pribadi yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Karena dengan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi bagi lingkungan sekitar akan memberikan kebaikan, dan dengan kebaikan itulah akan tercipta kedamaian dan keharmonisan. “Masa kuliah adalah masa spesial yang penuh peluang untuk tumbuh dan berkembang, Mulailah berproses dengan niat yang baik, karena setiap langkah yang kita ambil akan membentuk masa depan kita. Nikmati segala proses, bangun karakter yang kuat, dan jadikan setiap pengalaman di kampus sebagai bekal untuk menjadi pribadi yang lebih baik serta dapat memberikan manfaat bagi sekitar,” pesannya. (Mahendra Dewa Asmara)

Kecerdasan Kayla Nafisa, Mahasiswa Juara Catur DKI Jakarta

Potrait Kayla Nasfisa Sebagai Mahasiswa Juara Catur DKI Jakarta Kayla Nafisa, Merupakan pemuda kelahiran Jakarta, 14 Februari 2006, merupakan salah satu mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), program studi (prodi) Kesejahteraan Sosial (Kessos) semester dua. Tepat di umurnya yang ke 19 tahun, dirinya cukup banyak meraih kejuaraan olahraga catur Tingkat provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Dirinya cukup banyak meraih penghargaan dalam olahraga tersebut seperti juara 1 lomba catur putri kategori kilat Pemerintah Provinsi (pemprov) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Juara 1 lomba catur putri UIN Sport expotaiment (USE) pada Milad Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) 2025 dan beberapa kejuaraan lainnya.  Pada awalnya, Kayla tidak memiliki keinginan atau ketertarikan secara khusus pada permainan catur, namun, dikarenakan di UIN Jakarta terdapat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang menaungi tentang permainan catur, maka dari itu, Kayla mulai tertarik dengan permainan catur dan mengembangkannya di (UKM FORSA). Dirinya juga merasakan, bahwa kepengurusan dalam (UKM FORSA) dilihat cukup aktif dalam mendaftarkan anggotanya, untuk mengikuti perlombaan kemudian, Kayla tertarik untuk berlatih dengan sungguh – sungguh dan mengikuti lombanya.  “Awalnya aku memang tidak begitu tertarik untuk mendalami permainan catur, pada saat kecil aku hanya sekedar bermain saja, namun karena ada UKM yang menaungi, mulai dari situ aku berminat untuk bergabung dan mengikuti lomba. Alhamdulillah berkat do’a orang tua dan teman–teman, aku bisa mendapatkan kejuaraan pada saat lomba tersebut” ungkapnya. Adapun beberapa Upaya yang dilakukan oleh Kayla, untuk mendapatkan kejuaraan tersebut adalah strategi yang matang serta ketenangan diri pada saat bermain dengan lawan. Selain dari itu, Upaya yang dilakukan oleh Kayla diantaranya seperti berlatih setelah pulang kuliah dan saat liburan kuliah. Seperti saat Kayla sedang senggang, ia menyempatkan dirinya untuk berlatih catur menggunakan handphone miliknya, sekaligus mengasah kembali kemampuannya.  Kayla menuturkan, ia menanamkan motivasi dalam dirinya yaitu slow but sure, perlahan tapi pasti karena dirinya meyakini bahwa awal mula kesuksesan itu tidak datang dari proses yang singkat. Dibalik proses orang-orang yang dinilai sangat keren tersebut, pasti terdapat banyak tantangan yang ia lalui sebelumnya. Maka dari itu, Kayla meyakini proses yang Panjang pasti akan menuaikan hasil yang sempurna.  “Tidak ada orang yang secara tiba-tiba dapat berdiri tanpa pernah terjatuh, walaupun terdapat kegagalan, dalam kegagalan tersebut dapat dijadikan motivasi untuk menjadikan dirinya lebih baik kedepannya. Selama mengikuti perlombaan juga, target aku yaitu berikan yang terbaik dalam setiap Langkah dan jauh dari kata blunder” tuturnya.  Kayla menjelaskan, bahwa dirinya dapat membagi waktunya antara akademik dan non akademik yaitu dengan cara membuat to do list, baik untuk kegiatan perkuliahan, organisasi yang diikuti serta waktu untuk Latihan. Beberapa kesulitan yang dihadapi pada saat Latihan dan perlombaan. Saat Latihan, Kayla harus sangat fokus dan teliti, agar dapat menyerap ilmu-ilmu yang disampaikan oleh pelatih, namun pada saat perlombaan Kayla merasa dirinya masih tergolong dalam usia yang tergolong pemula dibandingkan dengan atlet-atlet catur yang sudah senior, dirinya beranggapan terdapat banyak ilmu yang harus diperdalam kembali, agar dapat mengimbangi lawan mainnya.  “Pada saat kecil saya memang memiliki pengalaman dalam bermain catur, dulu diajari oleh kakek aku, karena kakek aku sangat ahli dalam bermain catur, ia pernah menjanjikan jikalau aku menang untuk melawan kakek aku, ia akan membelikanku hadiah, jadi harapannya, agar aku kedepannya dapat meningkatkan nilai-nilai akademik maupun dalam percaturan, agar bisa meraih kesuksesan dimasa yang akan datang” pungkasnya.  (Nayla Putri Kamila)

Muda, Aktif, dan Menginspirasi: Kiprah Arya sebagai CEO GenSmart

perjalanan Arya dalam mencapai jabatan CEO of Representative. Sumber. Dok. Pribadi Achmad Arya Raqhi Fauzan, atau yang akrab disapa Arya, adalah mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), UIN Jakarta. Lahir di Makassar pada 24 Januari 2004, Arya kini menetap di Ciputat. Ia berbagi kisah inspiratif tentang perjalanannya menjadi Chief Executive Officer (CEO) of Representative dari komunitas kepemudaan GenSmart. Perjalanan Arya dimulai dari keaktifannya di berbagai komunitas pemuda. Ia bergabung dengan GenSmart pada Oktober 2024. Berkat kontribusinya yang aktif dalam berbagai kegiatan kolaboratif di komunitas tersebut, namanya kemudian muncul sebagai salah satu dari empat kandidat CEO. Pada Desember 2024, Arya resmi terpilih sebagai CEO of Representative. “Menjadi CEO bukanlah hal yang pernah saya bayangkan sebelumnya. Awalnya saya hanya ingin fokus pada pengabdian masyarakat, menjadi content creator, dan mengembangkan diri. Tapi amanah ini membuat saya belajar menjawab tantangan anak muda di era digital,” ungkap Arya.  Bagi Arya, jabatan bukanlah tujuan utama. Ia lebih melihat perannya sebagai penggerak yang ingin mendorong anak muda agar lebih produktif dan berdampak. Sebagai investor muda dan pembicara publik yang memikat, ia berpegang pada prinsip hidup yang telah ia yakini sejak kecil. Semua berawal dari lomba membaca puisi saat ia duduk di bangku kelas 2 SD. Sejak saat itu, Arya bermimpi dapat menginspirasi masyarakat luas dari atas panggung. “Saya ingin menjadi mata air bagi orang lain yang memberi manfaat dan dampak positif, sekecil apa pun itu. Menurut saya, dampak bukan dilihat dari besar kecilnya, tapi dari seberapa konsisten kita menjalaninya,” kata Arya. Untuk menjaga keseimbangan antara kuliah, tanggung jawab organisasi, dan aktivitas sebagai pembicara serta relawan, Arya mengandalkan aplikasi kalender untuk mencatat jadwal dengan rinci. Disiplin dan manajemen waktu menjadi kunci utama agar semua kewajibannya dapat terlaksana dengan baik. Sejak menjadi CEO, Arya merasakan perubahan besar dalam dirinya. Cara berpikirnya lebih matang, ia lebih sabar dalam menghadapi tekanan, dan lebih peka dalam mengambil keputusan. “Saya bersyukur atas semua proses yang saya lalui selama setahun terakhir. Pola pikir dan mentalitas saya berkembang, didukung oleh pelatihan, skill baru, dan mindset yang kuat. Apa yang saya pikirkan menjadi tindakan, tindakan membentuk karakter, dan karakter membentuk takdir. Saya yakin dalam lima tahun ke depan saya akan jadi pribadi yang lebih kuat dan siap menghadapi berbagai tantangan,” tutupnya. (Maura Maharani Rizky)

Jejak Inspiratif Erizal: Mahasiswa UIN Jakarta Torehkan Prestasi di Dunia Digital, Debat, dan Kepemimpinan.

Potret Erizal yang torehkan prestasi. Sumber. Instagram justerizal Tekun, kreatif, dan penuh semangat. Tiga kata ini tepat disematkan kepada Erizal, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Jakarta. Sosoknya dikenal aktif dan inspiratif, tidak hanya di lingkungan kampus, tetapi juga di tingkat nasional. Pada April lalu, Erizal berhasil meraih penghargaan sebagai Newbie Winner dalam Content Creator Competition yang diselenggarakan oleh Generasi Emas (GenMas) bekerja sama dengan TikTok dan Telkomsel. Tak hanya itu, pada Mei ini ia juga meraih juara dalam lomba debat antar universitas di Universitas Dian Nusantara (UNDIRA), Jakarta Barat. Prestasi tersebut membuktikan kemampuan berpikir kritis, kreatif, serta keterampilan berbicara di depan publik. Puncak pencapaiannya adalah ketika lolos sebagai delegasi fully funded dalam Project Volunteer Nasional di Desa Wanagiri, Bali. Dalam program tersebut, Erizal dipercaya menjadi team leader di bidang teknologi digital. Pengalaman lebih dari empat tahun di bidang literasi digital dan kampanye anti eksploitasi seksual anak secara daring menjadi modal kuat baginya. Dalam menjalankan peran sebagai team leader, Erizal tidak hanya memberi arahan dari belakang, tetapi juga terlibat langsung mendampingi para relawan di setiap kegiatan. Tantangan terbesar yang dihadapinya adalah komunikasi antar peserta yang berasal dari berbagai universitas dan daerah. “Tantangan terbesarnya adalah komunikasi, karena kami berasal dari berbagai universitas di luar daerah. Namun, sebagai leader, saya tidak hanya memberi instruksi, tetapi juga turun langsung dan membersamai teman-teman dalam setiap kegiatan,” ujar Erizal. Pengalaman di Bali memperluas pandangannya mengenai pentingnya keberagaman. Bertemu dengan peserta dari berbagai pulau mengajarkannya untuk menghargai perbedaan serta mempererat hubungan yang terasa seperti keluarga. Selain menjadi pemimpin, Erizal juga membawa program Digital Literacy for Resiliency, yang fokus pada literasi digital yang aman dan tangguh, khususnya untuk masyarakat desa yang belum sepenuhnya familiar dengan dunia digital. Melalui program edukatif dan informatif tersebut, ia mengajak masyarakat untuk sadar akan bahaya dunia digital sekaligus memperlihatkan literasi digital sebagai jalan menuju kemandirian dan keberdayaan. “Anak muda adalah tonggak bangsa. Kita sebagai penerus masa depan harus memiliki dua pilar utama yang selalu saya pegang, yaitu aman dan resilient. Aman artinya merasa terlindungi dari bahaya digital, sedangkan resilient berarti tangguh, berdaya, mampu berdiri di kaki sendiri, bahkan menjadi pemimpin bagi orang lain,” jelasnya. Bagi Erizal, menjadi mahasiswa bukan hanya soal mengejar nilai akademik, sebagaimana tercermin dalam trilogi mahasiswa: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian sosial juga dapat diwujudkan melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN), kegiatan volunteer, dan berbagai aksi nyata lainnya. Melalui peran-peran tersebut, Erizal berkomitmen untuk terus berkontribusi, memberi dampak positif, dan membuktikan bahwa generasi muda mampu menjadi agen perubahan yang tidak hanya cakap secara intelektual, tetapi juga peduli, tangguh, dan berdaya bagi lingkungan sekitarnya. (Fayruz Zalfa Zahira)