RDK FM

Perolehan sertifikasi guru yang masih menjadi persoalan pendidikan di Indonesia. Sumber. Sindonews


Terpantau hingga Rabu (09/10),  berbagai persoalan dunia pendidikan Indonesia masih belum terselesaikan. Dimana hal ini menjadi tantangan berat bagi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yang akan datang. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI), Andreas Hugo Pareira menuturkan, ada banyak sekali pekerjaan rumah (PR) di sektor pendidikan. Banyak pihak menilai presiden terpilih perlu sangat selektif memilih Mendikbud di kabinetnya.

Mahasiswa Fakultas  Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan pendidikan Agama Islam (PAI), semester lima, Herlina Tazkia Nufus mengatakan, pendidikan merupakan fondasi yang kuat bagi suatu bangsa. Namun, di Indonesia, pendidikan masih menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Salah satu masalah utama dalam pendidikan Indonesia adalah ketimpangan sertifikasi guru. Banyak guru yang belum memiliki sertifikat resmi karena kurangnya peluang untuk mengambil tes kompetensi.  

“Guru tidak memiliki standar profesional yang dibutuhkan. Oleh karena itu, rendahnya hasil uji kompetensi guru juga menjadi isu yang serius. Tanpa standar yang jelas, kinerja guru tidak dapat dinilai secara objektif. Selain itu, hal ini juga mendorong adanya evaluasi menyeluruh dalam sistem pendidikan di Indonesia dan berharap pemerintahan mendatang mampu memperbaiki berbagai permasalahan” jelasnya.

Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), semester tiga, Nur Fitriani menuturkan,  kualitas pendidikan di Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan signifikan. Pemerataan pendidikan masih menjadi isu utama, dengan kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Selain itu, hal ini membangun budaya mentoring dan kolaborasi antar juga guru sangat penting. Guru yang berpengalaman dapat memberikan wawasan tambahan kepada guru yang baru memulai karier

“Guru adalah inti sistem pendidikan, tetapi banyak sekali guru yang belum lolos tes kompetensi dan sertifikasi yang memadai. Hal ini membuat kualitas instruktur pendidikan tidak optimal, sehingga dampaknya merambat hingga tingkat siswa dan generasi bangsam lainnya. Meskipun begitu, banyak sekolah yang masih menghadapi kendala infrastruktur dan sumber daya manusia yang cakap dalam menggunakan teknologi edukatif. Hal ini membuat implementasi Kurikulum Merdeka di daerah-daerah terpencil lambat dan tidak efektif,” tuturnya.

(Azaria Suci Fernada)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *