Mendikbudristek, Nadiem Makarim. Sumber. badanbahasa.kemdikbud.go.id
Pada Rabu (05/6), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengusulkan program sastra untuk masuk kurikulum pendidikan. Program ini tidak hanya akan diterapkan pada kurikulum, tetapi juga pada kegiatan non-kurikulum atau ko-kurikulum. Program ini akan dimulai pada bulan Juni atau Agustus mendatang dengan tujuan untuk mengasah pola pikir para siswa.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Jurnalistik, semester 14, Millatina Sri Rahmawati mengatakan, program yang diusulkan pemerintah sangat menarik minat siswa karena sastra memiliki keanekaragaman. Sebab, siswa dilatih untuk berpikir secara kritis, sehingga terbiasa untuk membentuk pola pikir yang rasional. Selain itu, program ini juga dapat mempermudah akses dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Penerapan sastra pada kegiatan non-akademik juga dapat meningkatkan keterampilan para siswa dalam komunikasi, yang merupakan kunci utama untuk bersosialisasi. Dengan diterapkannya sastra pada kurikulum pendidikan, siswa dapat mengetahui pola komunikasi yang lebih efektif. Saya berharap sastra bisa menjadi jalan untuk kepekaan terhadap komunikasi,” ujarnya.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), semester dua, Khansa Sabita, menanggapi bahwa masuknya sastra ke dalam kurikulum pendidikan merupakan usulan yang dapat mengubah perspektif para siswa. Sebab, di kalangan umum, sastra cenderung dikenal sebagai sesuatu yang membosankan. Dengan memasukkan sastra ke dalam kegiatan kurikulum maupun ko-kurikulum, hal ini dapat mengubah pola pikir siswa secara perlahan.
“Guru juga harus mengemas materi secara menarik dan ringkas agar siswa dapat membuka pemikiran baru mengenai sastra. Sebab, sastra menjadi alternatif pondasi dalam meningkatkan kreativitas dalam berpikir dan belajar. Pembelajaran juga dapat dilakukan melalui perkenalan tokoh-tokoh maupun cerita, sehingga siswa mempunyai inovasi dalam memahami apa yang dibaca. Harapannya, siswa dapat meningkatkan daya intelektual dalam mewujudkan Indonesia emas,” pungkasnya.
(Gisska Putri Hidayat)