Buku fisik yang masih banyak menjadi pilihan anak muda. Sumber. Grid.id
Terpantau hingga Rabu (27/03), minat membaca buku fisik di kalangan pemuda kembali melonjak. Hal yang sebelumnya mulai tidak digemari, kini menjadi titik acuan literasi. Banyak aktivis yang mengkampanyekan gerakan membaca buku fisik, sehingga meningkatkan kesadaran diri pemuda untuk kembali terjun ke dalam lingkup literasi. Namun, naiknya permintaan buku fisik tidak disandingkan dengan ketersediaan fasilitas yang lengkap.
Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI), jurusan Dirasat Islamiyah, semester 10, Muhammad Ridhoka menuturkan, membaca tidak harus menggunakan buku fisik selama seseorang masih bisa memahami apa yang ia baca. Ditemukan kesulitan dalam menemukan buku fisik, serta topik pembahasan yang dibutuhkan menjadi penyebab mengapa dominan anak muda memilih menggunakan e-book.
“Selain karena sulit ditemukan, buku fisik juga biasanya sulit dibawa bepergian karena ukurannya dan mudah rusak. Fasilitas penyedia buku bacaan maupun ilmiah juga masih minim, sehingga menjadi pokok permasalahan rendahnya minat buku fisik. Realitanya, e-book jauh bersifat praktis dan mudah dicari. Harapannya, kebiasaan membaca baik dengan buku fisik atau e-book harus tetap terkerahkan,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), jurusan Hukum Pidana Islam (HPI), semester enam, Siti Miftahul Jannah mengatakan, buku fisik menjadi sebuah prioritas utama bagi anak muda, khususnya mahasiswa. Terlebih, jika bicara mengenai buku-buku referensi. Biasanya, dengan membaca buku fisik, pemahaman makna yang tertuang dalam buku jauh lebih jelas.
“Banyak pemuda di zaman sekarang yang menganggap bahwa membaca buku fisik merupakan suatu hal yang monoton. Namun, banyak juga mahasiswa yang masih marak memilih buku fisik. Di samping itu, imbauan dan kesadaran menjadi awalan, khususnya dalam mengantarkan literasi Indonesia menuju puncak kemajuan,” pungkasnya.
(Gisska Putri Hidayat)