
Suasana berlangsungnya Seminar Nasional yang digelar Fakultas Ushuluddin (FU).
Fakultas Ushuluddin (FU) menyelenggarakan Seminar Nasional yang diadakan di Ruang Teater Fakultas Ushuluddin (FU) pada Kamis (10/10). Seminar kali ini bertema “Mengikis Benih Yang Pernah Tumbuh: Islamisme Pasca Pembubaran Jemaah Islamiyah (JI) di Indonesia”. Acara ini bertujuan untuk berdiskusi akademik mengenai kondisi setelah bubarnya (JI), sehingga seminar ini bisa mendapatkan respon dari beberapa kelompok akademik. Seminar ini diadakan berkat kerja sama dengan berbagai kemitraan dan didukung oleh Eksekutif El-Bukhari Institute dan Densus 88 Mabes Kepolisian Republik Indonesia (POLRI).
Direktur Eksekutif El-Bukhari Institute, Abdul Karim Munthe menjelaskan, setelah pembubaran Jemaah Islamiyah (JI), masyarakat dan kelompok akademis perlu merumuskan strategi ke depan. Jaringan ini dibangun secara rahasia, memiliki gerakan masif, dan ikatan ideologi yang kuat, sehingga deklarasi pembubaran tidak cukup sebagai solusi alternatif.
“Mahasiswa harus memiliki pedoman berpikir agar tidak terlibat dalam gerakan terorisme. Terorisme tidak hanya terkait JI saja, tetapi masih ada berbagai kelompok lain. Beberapa tindakan terorisme dilakukan secara independen, tetapi dipengaruhi oleh pemikiran ekstrem. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk menyampaikan pesan akademik yang jauh lebih konstruktif,” jelasnya.
Salah satu peserta Seminar Nasional, Moh. Amir Faizar Firdaus mengatakan, kondisi slamisme radikal di Indonesia, terutama setelah pembubaran Jemaah Islamiyah telah menjadi isu kompleks. Penting bagi mahasiswa untuk mengembangkan daya kritis dan intelektual guna menghadapi ekstremisme religius. Moderasi beragama juga menjadi prinsip fundamental dalam hal ini.
“Sebagai umat Islam, kita perlu bergerak murni mengikuti sunnah Nabi untuk melawan keburukan. Mahasiswa harus kritis dan tidak terjebak pada satu sumber informasi, agar tidak mudah dipengaruhi dan dibodohkan oleh pihak tertentu. Penekanan pada nilai-nilai moderat menjadi penting untuk mencegah munculnya benih ekstremisme baru, serta membangun kesadaran kolektif akan pentingnya toleransi n antarumat beragama,” pungkasnya.
(Azaria Suci Fernada)