Grand Syekh Al Azhar Ahmed Al Tayeb hadiri public lecture di UIN Jakarta. Sumber. Kemenag.go.id
Pada Selasa (09/7) di Auditorium Harun Nasution, UIN Jakarta sukses menggelar public lecture dengan tema “Meneguhkan Moderasi Beragama untuk Membangun Toleransi dan Harmoni.” Acara ini menjadi destinasi pertama dari tujuan kunjungan Grand Syekh Al-Azhar As-Syarif Ahmed At-Tayyeb selama berada di Indonesia. Beliau didampingi oleh pendiri dan anggota Muslim Council of Elders, Quraish Shihab, Menteri Agama Republik Indonesia (RI) Yaqut Cholil Qoumas, serta Rektor UIN Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar M.A., Ph.D.
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (FU), jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT), semester delapan, Muhammad Izharuddin mengatakan, kegiatan tersebut menjadi kesempatan emas bagi para mahasiswa dan masyarakat untuk menimba ilmu dan melihat secara langsung, khususnya terkait sosok Grand Syekh Al-Azhar As-Syarif Ahmed At-Tayyeb. Tokoh Muslim yang paling berpengaruh di dunia ini mampu menarik antusiasme para jamaah yang mengidolakan beliau, sehingga kegiatan tersebut ramai didatangi oleh berbagai kalangan.
“Antusias civitas akademik sangat tinggi, sehingga Auditorium Harun Nasution tidak mampu menampung banyak peserta. Pemikiran beliau yang mengedepankan anti kekerasan dan menyuarakan perdamaian menjadikan Ahmed At-Tayyeb sebagai tokoh dalam karya tulis ilmiah (KTI) yang diterbitkan oleh Muhammad Izharuddin. Hal ini merupakan suatu kebanggaan. Dengan itu, menurut saya, pihak kampus perlu mengadakan kegiatan semacam ini dengan intensitas jangka waktu yang lebih sering,” tuturnya.
Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia (RI), Muhammad Ali Ramadhani menuturkan, kegiatan tersebut mengangkat pembahasan mengenai bagaimana membangun hubungan antara umat beragama, meskipun dilandasi atas kekhawatiran perpecahan antara umat beragama. Ia mengimbau agar sesama umat Muslim tidak dengan mudah mengatakan saudara lainnya kafir. Dengan mengundang tokoh Muslim nasional, Quraish Shihab, telah ada kesepahaman bersama pada bangsa Indonesia, yakni melalui konsep Bhinneka Tunggal Ika.
“Keragaman adalah sebuah kekayaan yang perlu dinikmati sebagai bangsa Indonesia. Diperlukan kerja sama antara masyarakat untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan berbagai dinamika dan tantangan perkembangan zaman, terlebih yang mengarah pada berbagai hal terkait kemajuan bangsa Indonesia. Perbedaan adalah sebuah kekayaan yang perlu diolah, sehingga hasilnya akan mencapai keindahan ketika mampu menjadikan perbedaan tersebut menjadi sebuah kesatuan,” jelasnya.
(Asy Syifa Salsabila)