
Berakhirnya program diskon 50 persen, sebabkan tagihan listrik melonjak. Sumber. planet.merdeka.com
Berakhirnya program diskon tarif listrik 50 persen pada Februari 2025 memicu keluhan dari masyarakat, khususnya mahasiswa perantau dengan anggaran terbatas, akibat lonjakan tagihan listrik. Perusahaan Listrik Negara (PLN) menegaskan bahwa tidak ada kenaikan tarif, melainkan penyesuaian karena tarif kembali normal usai program berakhir. Masyarakat pun diimbau untuk lebih bijak dalam mengatur penggunaan listrik guna menghindari tagihan membengkak.
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST), jurusan Kimia, semester enam, Aditya Muhammad Fakhri mengungkapkan, lonjakan tagihan listrik berpotensi menambah beban ekonomi, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kondisi ini mendorong masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan energi, seperti mengatur penggunaan peralatan elektronik agar tagihan tidak melonjak.
“Pemerintah perlu menyalurkan subsidi secara tepat sasaran kepada masyarakat miskin dan rentan, serta mempertimbangkan bantuan sosial tambahan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Saya berharap kebijakan pemotongan biaya listrik sebesar 50 persen dapat meringankan beban ekonomi yang dihadapi masyarakat dan mendorong penggunaan energi yang lebih efisien,” ungkapnya.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), jurusan Ekonomi Syariah (Eksyar), semester empat, Ach. Faiz Abian I’tisham Billah mengatakan, kebijakan pemerintah seharusnya memberikan dampak positif bagi semua pihak. Namun, lonjakan tagihan listrik yang hampir dua kali lipat meski ada diskon 50 persen justru menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi mahasiswa perantau yang memiliki keterbatasan finansial.
“situasi ekonomi saat ini sedang melemah, dengan nilai rupiah yang anjlok dan inflasi yang tinggi. Seharusnya masyarakat, khususnya mahasiswa, tetap bijak dalam menyikapi kondisi ini dengan berhemat dan tetap berkontribusi positif bagi pemulihan ekonomi. Semoga kebijakan pemerintah ke depan lebih memperhatikan kepentingan masyarakat, terutama mahasiswa yang masih dalam proses belajar dan berjuang,” pungkasnya.
(Nadine Fadila Azka)