Ilustrasi streamer Tiktok di Cina. Sumber Foto: restofworld.org
Douyin aplikasi serupa TikTok di Cina, telah mengimplementasikan sistem penilaian peringkat untuk “live streamer” sebagai bagian dari upaya pemerintah di bawah kepemimpinan Xi Jinping untuk meningkatkan kontrol atas internet. Sistem penilaian enam tingkatan, yang secara resmi disebut “poin sehat” tersebut, mulai berlaku pada awal tahun 2024 setelah diuji coba selama hampir setengah tahun.
Melansir dari Detik.com, Tai Yu-hui, seorang profesor komunikasi dan teknologi di Universitas Nasional Yang-Ming Chiao-Tung, Taiwan, menyuarakan keprihatinannya terhadap pedoman mengenai “pandangan yang tidak sehat mengenai suatu hubungan” dan “standar kecantikan yang tidak normal.”
“Narasi-narasi seperti itu dapat menyerang kelompok minoritas seksual karena beberapa streamer pria terlihat feminin. Pada tahun 2021, Cina telah melarang pria feminim dari televisi karena Xi Jinping berusaha mempromosikan apa yang dianggapnya sebagai citra pria yang “maskulin,” ujarnya.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), jurusan Sosiologi, semester lima, Fajar Iqbal menyampaikan, sistem tersebut dapat meningkatkan kualitas konten di TikTok, sehingga lebih aman dan nyaman untuk digunakan. Namun, dalam sistem tersebut juga dapat membatasi kebebasan berekspresi. Khawatir, pemerintah dapat menggunakan sistem ini untuk mengontrol konten yang diunggah oleh pengguna.
“Sistem ini bagus untuk mencegah penyebaran konten-konten yang berbahaya, seperti konten kekerasan, pornografi, dan ujaran kebencian. Tapi, juga sistem ini bisa jadi alat untuk membungkam suara-suara kritis, karena pada saat ini kebebasan berekspresi adalah hal yang penting bagi pengguna dan masyarakat luas,” ungkapnya.
(Muhammad Rizki A.R)