Potret membanggakan saat Raihan terpilih menjadi Duta Mahasiswa Anti Kekerasan
Raihan Syafiq Ramadhan atau kerap disapa Syafiq merupakan Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), jurusan Ilmu Hukum. Laki-laki kelahiran Jakarta, 14 November 2002 tersebut berhasil menjadi Juara 1 Duta Mahasiswa Anti Kekerasan 2023. Berbekal keinginannya untuk mengabdi pada masyarakat, Syafiq berhasil mengalahkan 34 peserta yang tersaring menjadi 12 finalis.
Pada awalnya, Syafiq mengaku iseng untuk mendaftar guna mengisi waktu luang sebab ia merasa belum ada kegiatan di semester lima. Keisengannya tersebut ternyata membawa pencapaian baru dalam hidupnya. Terlebih, pencapaian ini cukup berkesinambungan dengan sosok dirinya sebagai mahasiswa, untuk memberantas kekerasan yang masih marak terjadi di Indonesia.
Ajang tersebut diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DPPAPP) dengan mengusung tema anti kekerasan. Hal inilah yang menarik perhatian Syafiq. Terlebih, ia mengaku bahwa tema tersebut relevan dengan jurusannya, yaitu Ilmu Hukum. Ia merasa bahwa ajang perdutaan ini dapat menjadi wadah pengimplementasian guna mengamalkan ilmunya pada masyarakat.
“Waktu semester tiga, saya pernah mengikuti lomba terkait sidang pidana di Lampung dan menjadi saksi terbaik. Tema yang diusung pada saat itu kurang lebih sama, yaitu terkait kekerasan seksual terhadap anak. Oleh karena itu, saya merasa bahwa ajang Duta Mahasiswa Anti Kekerasan ini dapat menjadi wadah penerapan saya atas segala ilmu yang sudah dipelejari sebelumnya, khususnya terkait pencegahan kekerasan,” jelasnya.
Syafiq mengungkapkan, selama proses menjalani ajang tersebut terdapat kendala yang datang secara internal maupun eksternal. Secara internal, ia cukup merasa sulit untuk membagi waktu. Oleh karena itu, dirinya mengaku sering kewalahan dengan tugas perkuliahan dan di luar perkuliahan. Di samping itu, kendala eksternal tidak terlalu signifikan. Hanya saja jarak antar rumahnya dengan kantor pusat DPPAPP terbilang jauh untuk pelaksanaan ajang.
“Selama periode ajang ini, saya mendapat dukungan yang penuh dari keluarga, teman, maupun kampus UIN Jakarta sendiri khususnya dari fakultas. Orang tua saya mendukung kegiatan apapun yang positif dan berdampak baik bagi masa depan saya. Ketua Program Studi (Kaprodi) Ilmu Hukum juga turut memberikan dukungan melalui surat rekomendasi yang diberikan sebagai syarat administrasi pendaftaran,” tuturnya.
Pencapaian yang pernah diraih Syafiq ternyata tidak hanya sampai disitu. Sejak semester dua, Ia berhasil meraih Juara 1 Lomba Pidato Islami yang digelar oleh UIN Batusangkar, serta Juara 1 pula pada Lomba Pidato Islami yang digelar Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Hukum Ekonomi Syariah UIN Batusangkar. Belum lama ini, ia juga diamanatkan sebagai pelatih paskibraka HUT RI di Kementerian Agama.
“Jika berbicara mengenai mimpi jangka panjang, saya bercita-cita untuk menjadi Hakim Agung. Namun, untuk saat ini saya memiliki keinginan yang besar untuk mengabdi pada masyarakat. Disaat mahasiswa dominan berpikir tidak jauh dari money oriented, saya berusaha berkomitmen untuk mengabdi. Terlebih dengan adanya gelar duta yang saya miliki,” ujarnya.
Syafiq mengatakan, pengabdiannya ingin dimulai dari membuka mata masyarakat terkait pentingnya hukum. Mulai dari penyelesaian perkara, bagaimana sengketa dapat timbul, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar masyarakat lebih teredukasi, tidak buta hukum, serta tidak mudah dimanipulasi. Sebab, orang yang memiliki kesempatan untuk mombolak-balikan hukum adalah orang hukum itu sendiri.
“Untuk pengabdian masyarakat dalam segi pencegahan kekerasan, saya ingin memulai untuk mengajak masyarakat meningkatkan awareness, entah itu secara verbal maupun melalui konten-konten sosial media. Sebab, kekerasan tidak hanya soal menyentuh saja, tapi lebih luas daripada itu. Bahkan, pelaku kekerasan, khususnya kekerasan seksual terkadang tidak sadar atas apa yang ia perbuat,” ungkapnya.
Dirinya berpesan, untuk mahasiswa yang sedang merasa stuck dan tidak berkembang, harus terus mencoba semaksimal mungkin untuk mencari pintu sukses. Meskipun terkadang merasa belum waktunya sukses, namun tidak ada salahnya untuk mencari jalan dari sekarang. Karena jika kita tahu bahwa sedang berada di pintu yang salah tetapi diam saja, maka sampai kapanpun tidak akan pernah tahu, pintu mana yang akan membuka jalan menuju kesuksesan.
(Amalia Vilistin)