RDK FM

Proses swasembada beras. Sumber. Tirto.id


Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto optimis bahwa Indonesia akan mampu menghentikan impor beras pada tahun 2025. Keyakinan ini didasari oleh peningkatan cadangan beras nasional yang dinilai sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. kebijakan ini merupakan bagian dari visi besar pemerintah untuk mencapai swasembada pangan dan memperkuat kemandirian ekonomi Indonesia.

Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Tadris Kimia, semester lima, Mahardhika Falah Afandi menjelaskan, pernyataan bersifat optimistis dan menunjukkan komitmen pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Tapi, hal ini butuh perencanaan yang matang dan implementasi yang konkret, karena swasembada beras adalah target besar dengan banyak variabel yang mempengaruhinya. 

“Dampaknya akan terasa langsung, terutama jika harga beras di pasar stabil atau bahkan turun karena pasokan dalam negeri mencukupi. Hal ini bisa meringankan beban masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah. Untuk petani lokal, ini bisa menjadi peluang besar karena mereka akan mendapatkan pasar yang lebih pasti tanpa tekanan dari beras impor. Sementara itu, masyarakat umum akan diuntungkan dengan harga yang lebih stabil dan potensi penurunan biaya hidup,” jelasnya.

Dirinya menambahkan, pemerintah harus terus konsisten dalam mendukung petani dan memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk akademisi dan sektor swasta, penting untuk memastikan target ini tercapai tanpa mengorbankan kualitas hidup petani dan lingkungan.

Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), semester tiga, Ihsanu Laskar Kaputra menanggapi, tantangan terbesar dari rencana ini adalah ketergantungan pada infrastruktur pertanian yang belum merata dan ketersediaan teknologi yang lebih modern untuk petani. Selain itu, program yang tidak terkoordinasi dengan baik antara pemerintah pusat dan daerah juga berpotensi memperlambat upaya swasembada beras.

“Sebelum menetapkan target yang terlalu ambisius, pemerintah perlu fokus pada pembenahan aspek-aspek dasar pertanian seperti kualitas infrastruktur irigasi, penyediaan pupuk yang terjangkau, serta pelatihan dan akses teknologi bagi petani. Selain itu, perencanaan jangka panjang dan kebijakan yang konsisten menjadi faktor penting agar swasembada beras dapat tercapai tanpa mengorbankan kualitas kehidupan petani dan masyarakat secara keseluruhan,” tanggapnya.

(Rayhan Anugerah Ramadhan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *