RDK FM

Pemangkasan beban belajar siswa SMA. Sumber. radarbanyumas.disway.id


Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi berencana mensosialisasikan kebijakan pengurangan beban mata pelajaran di pendidikan dasar hingga menengah untuk memperkuat literasi, numerasi, dan pembentukan karakter peserta didik. Meski mendapat respons positif, sebagian mahasiswa khawatir kebijakan ini menyederhanakan pembelajaran berlebihan dan mengurangi cakupan materi, namun diyakini dapat mengurangi tekanan akademik siswa.

Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI), semester sepuluh, Ajda Mahira Jaudah menuturkan, kebijakan pengurangan beban belajar merupakan sebuah tindakan positif, karena dapat mendorong siswa lebih fokus pada minat dan potensi masing-masing. Kebijakan ini memberi ruang bagi siswa untuk mengembangkan diri di bidang yang mereka sukai atau kuasai, sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.

“Namun, penting untuk menerapkan kebijakan secara merata agar tidak hanya menguntungkan siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler tertentu. Seluruh siswa harus mendapat kesempatan yang sama untuk berkembang optimal di luar kelas. Dukungan dari guru, orang tua, dan pemerintah sangat dibutuhkan agar kebijakan ini berjalan efektif dan mampu memajukan dunia pendidikan di Indonesia,” tuturnya.

Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), semester enam, Khasanah Rahmawati mengungkapkan, pengurangan materi pelajaran berpotensi menurunkan daya dorong belajar siswa karena mata pelajaran merupakan landasan penting untuk pemahaman lanjutan.Selain itu, sosialisasi menyeluruh kepada guru perlu ditekankan, agar pelaksanaan kebijakan ini tepat dan tidak menimbulkan kesalahan di lapangan. Dengan pemahaman yang utuh, guru dapat menyesuaikan metode pengajaran secara efektif dan membuka ruang evaluasi terhadap dampak kebijakan bagi perkembangan siswa.

“Efektivitas kebijakan pengurangan materi masih dipertanyakan, terutama dalam mendukung penguatan literasi siswa. Penekanan pada aspek literasi dikhawatirkan belum maksimal jika kebijakan diterapkan tanpa persiapan matang. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran yang terarah dan persiapan yang baik sangat diperlukan agar pelaksanaan kebijakan berjalan efektif dan sesuai tujuan, sehingga potensi siswa dalam mengembangkan daya pikir kritis dan minat belajar dapat terfasilitasi dengan optimal,” ungkapnya.

(Fayruz Zalfa Zahira)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *