
Kurikulum Merdeka yang telah diterapkan dalam tingkat Sekolah Dasar (SD). Sumber. Didik News
Salah seorang pakar pendidikan, Dr. Rahmatul Husni menyoroti masa depan Kurikulum Merdeka Belajar yang diinisiasi oleh Nadiem Makarim menjelang pergantian Menteri Pendidikan. Ia mengkhawatirkan bahwa transisi kepemimpinan ini dapat mempengaruhi keberlanjutan kebijakan tersebut, mengingat menteri baru mungkin memiliki pendekatan yang berbeda. Husni menekankan, pentingnya menjaga kesinambungan dan konsistensi dalam penerapan kurikulum ini agar reformasi yang sudah dimulai tidak berhenti di tengah jalan, hal ini penting demi mencapai peningkatan kualitas pendidikan secara berkelanjutan.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), semester tiga, Azifah Hafizha Husnullah menuturkan, Kurikulum Merdeka saat ini menghadapi kritik terkait efektivitasnya dalam pembelajaran siswa. Banyak pihak yang mengeluh, termasuk pendidik dan orang tua merasa siswa kurang mendapatkan ilmu karena terlalu fokus pada proyek dan kegiatan kelompok.
“Pendekatan menggunakan Kurikulum Merdeka ini dianggap mengurangi waktu untuk materi akademis yang penting. Karena itu, banyak yang merasa perlu mengevaluasi dan memperbaiki kurikulum ini. Peninjauan tujuan pembelajaran dan keseimbangan antara teori dan praktik juga diperlukan agar pengajaran jauh lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa saat ini. Harapannya, semoga ada kemajuan signifikan di bawah kepemimpinan baru,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), semester tiga, Imas Musfiroh mengungkapkan, Kurikulum Merdeka menawarkan pendekatan yang lebih fleksibel dalam pendidikan, tetapi tantangan dalam kesiapan sekolah dan guru, serta potensi perubahan kebijakan juga perlu diperhatikan. Kolaborasi antara pemerintah, guru, dan masyarakat penting untuk memastikan keberhasilan implementasi kurikulum dan peningkatan kualitas pendidikan secara menyeluruh.
“Kalau menteri pendidikan berganti, kebijakan bisa berubah dan itu bisa ganggu pelaksanaan Kurikulum Merdeka yang telah diterapkan di berbagai sekolah. Padahal, adaptasinya butuh waktu dan konsistensi untuk hasil yang maksimal. Kalau ada perubahan mendadak pati membuat bingung. Selain itu, fasilitas di sekolah daerah terpencil juga penting. Banyak sekolah di sana yang kekurangan ruang kelas dan perangkat teknologi untuk menunjang pembelajaran. Jadi harus segera diatasi,” ujarnya.
(Fadil Achmad Fauzi)