
Kegiatan belajar mahasiswa yang telah mengikuti era digital. Sumber. mediabangsa.co.id
Penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI ) yang semakin meningkat di era digital mendorong negara-negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) untuk memperkuat pendidikan literasi guna menghadapi disinformasi. Kurikulum perlu fleksibel dan berbasis teknologi agar generasi muda dapat memilah informasi dengan kritis. Kerja sama antara pemerintah, akademisi, dan platform digital juga penting untuk membangun ekosistem literasi yang lebih baik, agar masyarakat tidak rentan terhadap hoaks dan manipulasi informasi.
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST), jurusan Sistem Informasi (SI), semester delapan, Muhammad Ariq Persada menuturkan, jika teknologi AI dimanfaatkan dengan baik dan benar, dapat sangat membantu mahasiswa dalam pengerjaan tugas. Namun, teknologi AI juga bisa memberikan dampak buruk jika penggunanya tidak menggunakannya secara bijak, seperti menurunnya kemampuan berpikir kritis, berkurangnya soft skill dalam menganalisis informasi, serta melemahnya budaya literasi di kalangan mahasiswa.
“Rencana ASEAN untuk merancang pendidikan literasi sebagai bentuk tanggung jawab dan antisipasi terhadap perkembangan teknologi AI merupakan langkah yang sangat baik. AI juga menyebabkan kekhawatiran terhadap artikel, makalah, dan skripsi mahasiswa yang berpotensi menjadi hasil plagiarisme berbasis AI. Saya harap AI dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran, bukan sekadar sarana untuk menyalin tugas tanpa pemahaman mendalam,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (FU), jurusan Aqidah dan Filsafat (AFI), semester tujuh, Asma Nadia mengatakan, teknologi AI memberikan manfaat dalam membantu mahasiswa mengakses informasi dengan cepat melalui chatbot akademik atau platform pembelajaran berbasis AI. Namun, penggunaan teknologi AI dapat menimbulkan dampak negatif, seperti meningkatnya ketergantungan pada teknologi dan maraknya plagiarisme dalam tugas akademik.
“Negara-negara ASEAN perlu mendesain pendidikan literasi yang lebih adaptif di tengah perkembangan AI yang semakin pesat adalah hal yang perlu direalisasikan. Teknologi AI tidak hanya mengubah cara belajar, tetapi juga mempengaruhi cara berpikir dan memproses informasi. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pendidikan yang mampu menyeimbangkan pemanfaatan teknologi dengan penguatan kemampuan berpikir kritis,” pungkasnya.
(Fayruz Zalfa Zahira)