
Polisi lalu lintas mengawal penerapan modifikasi contraflow di jalan tol untuk mengurai kemacetan. Sumber. kompas.com
Penerapan contraflow kembali dilakukan di Jakarta dengan beberapa modifikasi untuk menghadapi volume kendaraan yang tinggi di berbagai ruas tol. Langkah ini memicu berbagai reaksi dari masyarakat, terutama terkait keamanan dan efektivitasnya dalam mengurangi kemacetan. Sebagian pengendara menyambut baik kebijakan ini karena dianggap membantu mengurangi kemacetan, terutama pada jam-jam padat. Namun, masih banyak yang mempertanyakan efektivitasnya dalam jangka panjang.
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST), jurusan Ilmu Kimia, semester sembilan, Indah Putri mengatakan, penerapan contraflow mendapat dukungan karena dapat mengurangi kemacetan dan memberikan fleksibilitas dalam berkendara. Namun, risiko kecelakaan yang tinggi memerlukan kesiapan dan kewaspadaan dari pihak kepolisian untuk meminimalkan insiden.
“Penggunaan contraflow sebaiknya dibatasi pada situasi darurat seperti arus mudik, karena penggunaan berkelanjutan dapat menimbulkan masalah jangka panjang. Dengan strategi yang tepat, contraflow dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi kemacetan tanpa mengorbankan keselamatan,” katanya.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), semester delapan, Fadhilah Fatimah mengungkapkan, penerapan contraflow mendapat kritik karena dapat menyebabkan kesimpangsiuran dan meningkatkan risiko kecelakaan. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan ketat dan sosialisasi yang jelas untuk memastikan keselamatan pengguna jalan.“Untuk mengurangi kepadatan, disarankan agar masyarakat melakukan perjalanan sebelum puncak mudik. Penerapan sistem ganjil genap juga diusulkan sebagai alternatif untuk mengurangi kemacetan tanpa meningkatkan risiko kecelakaan. Kebijakan contraflow perlu dikaji ulang untuk memastikan dampaknya secara menyeluruh,” ungkapnya.
(Maura Maharani Rizky)