RDK FM

Ekstrakulikuler Pencak Silat tingkat sekolah. Sumber. Sindonews


Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, mengumumkan rencana memasukkan Pencak Silat ke dalam kurikulum sekolah, baik di pendidikan formal maupun informal. Keputusan ini disampaikan dalam acara Kaul Penetapan Tradisi Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang digelar di Bogor, Jawa Barat, pada (12/12). Rencana ini bertujuan untuk melestarikan pencak silat sebagai bagian dari warisan budaya bangsa dan memperkenalkannya kepada generasi muda di seluruh Indonesia. 

Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), jurusan Perbandingan Mahzab, semester lima, Ahmad Hisyam Azzahi menanggapi, hal ini menjadi encana yang cukup keliru karena Pencak Silat belum memiliki urgensi terhadap Pendidikan di Indonesia. Hampir setiap sekolah sudah memiliki ekstrakulikuler bela diri dan pasti di dalamnya terdapat Pencak Silat. Jika dimasukkan menjadi kurikulum tetap, maka akan berdampak pada fokus utama pembelajaran di kelas dan berpotensi mengganggu kegiatan belajar mengajar.

“Jika dipresentasikan tingkat keurgensian Pencak Silat hanya di angka 60% saja, ada urgensi yang harusnya lebih diperhatikan oleh pemerintah, yakni moral anak bangsa sekarang. Mereka terlalu banyak terkontaminasi konten media sosial yang merusak moral. Oleh karena itu, lebih baik difokuskan atau diadakan mata pelajaran tentang kemoralitasan bagi anak sekolah,” tanggapnya.

Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilimu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Manajemen Dakwah, semester tiga, Muhammad Alfi Fathul Hilal menerangkan, pencak silat bukan sekadar gerakan fisik semata. Di dalamnya terkandung berbagai nilai penting seperti disiplin, rasa hormat, pengendalian diri, dan kebersamaan. Jika pencak silat termasuk kurikulum sekolah, siswa tidak hanya akan belajar aspek fisik, tetapi juga penguatan mental dan pembentukan karakter. Karena pendidikan ideal seharusnya mencakup keseimbangan teori dan praktik, termasuk pengembangan nilai-nilai luhur.

“Harapan saya, pencak silat tidak hanya dijadikan formalitas atau sekadar materi tambahan dalam kurikulum. Pencak silat harus diajarkan secara serius, termasuk filosofi dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Dengan pendekatan yang tepat, siswa tidak hanya dapat mempelajari gerakan fisik, tetapi juga membangun kebanggaan terhadap budaya bangsa serta mengembangkan kepribadian yang kuat, baik secara fisik maupun mental,” pungkasnya.

(Rayhan Anugerah Ramadhan)

One Response

  1. Wah..klo pencak silat masuk kurikulum itu bagus sekali, memberikn wawasan terhadap anak bangsa,bagi yg blm tau bahwa pencak silat itu milik bangsa Indonesia,dan sangat bermanfaat banget klo sampe jd mata pelajaran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *