Potret Smelter Bauksit dalam proses pembangunannya. Sumber. CNBC Indonesia
Indonesia secara konsisten melakukan percepatan dalam merealisasikan program hilirisasi pertambangan dan mineral dalam negeri. Hal tersebut dilakukan melalui Induk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada sektor pertambangan. Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang menjadi proyek strategis nasional tersebut dioperasikan oleh dua BUMN, yakni Perseroan Terbatas (PT) Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), serta PT. Aneka Tambang TBK. Peresmian digelar di Mempawah oleh Presiden Jokowi, pada Rabu (20/03).
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST), jurusan Biologi, semester empat, Nabila Novia Ramadhani mengatakan, bagi mahasiswa, pembangunan smelter menawarkan peluang besar untuk terlibat dalam pengembangan industri aluminium di Indonesia. Melalui inovasi, mahasiswa dapat memberikan kontribusi penting untuk meningkatkan efisiensi produksi.
“Hal ini juga dapat mengembangkan teknologi ramah lingkungan dan mengidentifikasi peluang bisnis baru. Setelah pembangunan smelter bauksit dirasa menguntungkan bagi masyarakat dan dihasilkan melalui Sumber Daya Alam (SDA), hal ini akan memberikan dampak positif, yakni meluasnya lapangan pekerjaan,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Kesejahteraan Sosial (Kessos), semester empat, Ridho Aryo Wibisono menjelaskan, pembangunan smelter akan sangat berdampak bagi masyarakat. Terlebih, membangun smelter telah menjadi fokus utama dalam agenda pembangunan ekonomi di Indonesia.
“Potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia sangat besar, khususnya bauksit sebagai bahan baku utama produksi aluminium. Untuk keberhasilannya tidak hanya diukur dari segi ekonomi, melainkan dari dampak sosial dan lingkungan yang dihasilkan. Semoga pemerintah dapat membangun smelter dari alternatif sumber daya lainnya, hingga mencapai Indonesia emas 2045,” pungkasnya.
(Azaria Suci Fernada)