
Pesawar Komersil Terparkir di Bandara Juanda. Sumber. Kompas.id
Pemerintah Indonesia telah membentuk satuan tugas (satgas) penurunan harga tiket pesawat dalam upaya merespons keluhan masyarakat. Keluhan tersebut yakni terkait mahalnya harga tiket penerbangan domestik. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Sandiaga Uno mengumumkan pembentukan satgas ini sebagai langkah konkret untuk memastikan tarif tiket lebih terjangkau dan meningkatkan aksesibilitas bagi wisatawan domestik.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), semester empat, Muhammad Rifan Syauqi menjelaskan, langkah pemerintah membentuk satuan tugas (satgas) penurunan harga tiket pesawat sangat positif, karena menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah harga yang tinggi dan sulit dijangkau oleh masyarakat.
“Diharapkan satgas efektif ergantung langkah konkret yang diambil, seperti regulasi tarif, peningkatan kompetisi antar maskapai, dan kebijakan subsidi. Mahasiswa dapat berperan penting dalam mendukung atau mengkritisi kebijakan tersebut dengan cara memberikan masukan yang konstruktif, observasi, dan menyebarkan informasi kepada publik. Partisipasi aktif mahasiswa dapat membantu pemerintah memahami kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Sosialisasi dan penyebaran informasi terkait satgas sangat penting, akan tetapi sejauh ini belum merata,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA), semester empat, Rafa Nabilah menyatakan, harga tiket pesawat yang sangat tinggi berdampak pada mobilitas masyarakat, khususnya mahasiswa. Terlebih, jumlah pengguna transportasi pesawat yang tidak terlalu ramai bertolak belakang melihat potensi besar yang dimiliki oleh Indonesia.
“Adanya perbedaan yang signifikan antara tiket pesawat untuk internasional dengan domestik harus lebih difokuskan, karena sejauh ini tiket internasional lebih murah daripada domestik. Hal tersebut menjadi sebuah keanehan karena masih di dalam negara, serta berdampak kepada pertumbuhan ekonomi dan pariwisata domestik. Dengan lebih mahalnya harga domestik dan murahnya internasional, maka masyarakat lebih memilih untuk bepergian ke luar negeri, sehingga sektor pariwisata Indonesia akan turun terus jika hal demikian tetap dibiarkan,” pungkasnya.
(Rayhan Anugerah Ramadhan)