Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud), Nadiem Makarim saat Peluncuran Kampus Merdeka. Sumber. Kemendikbud.go.id
Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah sebuah bentuk komitmen pemerintah untuk mewujudkan belajar yang merdeka. Hal ini juga dapat dikatakan sebagai sebuah pemantik yang akan mengubah pendidikan tinggi secara mendasar. Terlebih, lingkungan pendidikan tinggi kini dapat dipadukan dengan konsep MBKM untuk memantik perbaikan di wilayah perguruan tinggi.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), semester enam, Muhammad Shidqil Muqoffa mengungkapkan, Merdeka Belajar adalah sebuah konsep di mana mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa di era teknologi dan globalisasi yang berkembang pesat.
“Merdeka Belajar harus ditekankan terhadap dosen, tidak hanya kepada mahasiswa. Karena dengan aktifnya dosen maka kegiatan belajar mengajar akan lebih hidup. Tantangan pada Merdeka Belajar adalah sebuah keegoisan tiap orang. Ketika sudah aktif dan berusaha keras, hasil yang tidak sesuai dengan harapan dapat membuat seseorang tetap mempertahankan hasil yang sudah dibangun, meskipun hal tersebut salah atau tidak sesuai dengan ketentuan. Banyak yang tidak bisa menyaring benar dan salah karena tuntunan aktif yang tinggi,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), semester empat, Hasbi Rizkianto mengatakan, prinsip kurikulum Merdeka ini berpusat pada mahasiswa dan berorientasi terhadap kehidupan nyata, sehingga pengalaman dan pembelajaran yang diberikan sesuai dan relevan dengan bakat siswa seorang mahasiswa dan kehidupan nyata.
“Kurikulum 13 lebih menekankan pada karakter dan pemahaman sehingga bagus untuk kognitif. Namun, tidak dengan relevansi kehidupan. Perubahan dan kemajuan dari teknologi yang berkembang pesat perlu fleksibilitas dalam pembelajaran agar relevan dengan kehidupan. Untuk mengimplementasikan konsep tersebut, pelatihan dan dukungan bagi dosen dan staf diperlukan guna merancang kurikulum yang mendukung kebebasan belajar mahasiswa. Salah satunya dengan fasilitas kolaborasi antar-mahasiswa dan dosen melalui forum diskusi,” pungkasnya.
(Rayhan Anugerah Ramadhan)