
Siswa SD di Papua yang mulai menerapkab pembelajaran bahasa daerah di sekolah, yakni bahasa Sentani. Sumber. Green Network Asia
Pulau Papua merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya dan bahasa daerah yang beragam. Sebagaimana daerah lain, keberadaan bahasa daerah di Pulau Cenderawasih itu memerlukan upaya untuk dilestarikan, salah satunya bahasa Sentani. Pemerintah Kabupaten Jayapura terus berupaya menjaga agar bahasa ibu tersebut tidak hilang. Dari program itu, Bahasa Sentani dari wilayah Kabupaten Jayapura kini telah diterapkan di 54 Sekolah Dasar (SD) 30 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 15 Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK).
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (FU), jurusan Aqidah Filsafat Islam (AFI), semester tujuh, Siti Salwa mengatakan, generasi muda mulai meninggalkan penggunaan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari, sehingga berpotensi menyebabkan bahasa ini punah bersama dengan filosofi, mitologi, pengetahuan, sejarah, dan nilai kearifan yang terkait dengannya.
“Penting untuk para penerus bangsa melakukan upaya pelestarian bahasa Sentani, terutama sejak sekolah dasar. Bahasa Sentani bukan hanya sekadar bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Jayapura, tetapi juga merupakan identitas budaya yang unik dan berharga. Namun, pembelajaran tersebut harus sesuai dengan metode pembelajaran sekolah dasar karena tidak semua siswa akan mudah paham,” pungkasnya.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS), semester tiga, Nanda Nur Fadillah mengatakan, bahwa melestarikan bahasa Sentani sangat penting untuk menjaga identitas budaya masyarakat setempat, salah satunya melalui jenjang pendidikan di sekolah.
“Untuk pelestarian bahasa daerah yang optimal dilakukan melalui pendidikan di sekolah, serta adanya pelatihan bagi guru. Sebab, dampak globalisasi sendiri sangat signifikan terhadap penggunaan bahasa daerah seperti Sentani di kalangan masyarakat, terutama di Papua. Melalui program ini, generasi muda Papua dapat memahami wawasan kebangsaan dari kedaerahan, sehingga nilai Pancasila yang dimiliki tidak luntur,” jelasnya.
(Azaria Suci Fernada)