Potret salah satu bentuk upaya pemberdayaan perempuan di Indonesia. Sumber. indonesia.un.id
Pada Selasa (12/03), Badan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Bidang Pemberdayaan Perempuan melaporkan bahwa, kualitas pemberdayaan perempuan di Indonesia masih berada pada peringkat 87 dari 146 negara di dunia. Peringkat tersebut dilandaskan dari berbagai faktor, diantaranya adalah pencapaian pendidikan, kesehatan, kelangsungan hidup, pemberdayaan ekonomi, serta partisipasi dalam bidang politik.
Salah satu Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), Chamiyatus Shidqiyah mengatakan, pemberdayaan perempuan sendiri dapat digolongkan dari berbagai aspek, terutama dalam aspek yang berkaitan dengan ketimpangan gender. Sebetulnya ruang publik telah membuka akses untuk para perempuan. Namun, banyak dari mereka yang masih segan untuk membuka diri.
“Pemerintah juga mesti memberikan jalan khusus perempuan untuk berkecimpung dalam bidang ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Sebab, sebuah hasil riset mengatakan bahwa banyak dari negara maju dominan melibatkan perempuan dalam keberlangsungannya. Dengan itu, terciptalah dorongan-dorongan pembangunan yang luar biasa,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, jurusan Ilmu Al-Qur;an dan Tafsir, semester 10, Jaffna Mar’atun Jazlah menuturkan, Indonesia masih kental dengan budaya patriarki yang dianut masyarakatnya. Peluang untuk pemberdayaan perempuan di pulau jawa sudah terbuka, tetapi berbeda dengan di luar jawa yang akhirnya menciptakan ketimpangan pemberdayaan.
“Dengan bantuan advokasi, upaya konsep pembangunan, serta edukasi dapat mendorong pemberdayaan perempuan di Indonesia. Pemberdayaan dapat dimulai dari program dan edukasi keluarga, hingga literasi mengenai perkantoran, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Selain itu peran Ibu Rumah Tangga (IRT) juga dapat diolah menjadi sumber Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui mentoring dan bantuan modal usaha yang diberikan pemerintah,” jelasnya.
(Gisska Putri Hidayat)