Ilustrasi perempuan yang bekerja sebagai Jurnalis di media pemberitaan. Sumber. Gramedia
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mengusulkan adanya perwujudan pers yang ramah perempuan. Hal tersebut bertujuan guna mempercepat penyelesaian isu perempuan dan anak, serta mewujudkan bentuk profesionalisme dalam pemberitaan di media. Pernyataan tersebut disampaikan melalui keterangan resminya di Jakarta, Senin (19/02).
Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), jurusan Sastra Inggris, semester delapan, Raihana Azzahra menuturkan, dalam segi pekerjaan, terkhusus bagi pers, kualitas dan kualifikasi yang ada sudah dapat diadu perempuan masa kini.
“Menjadi seorang jurnalis bukan tentang jenis kelamin, melainkan mengenai bagaimana cara seseorang mampu untuk menyampaikan informasi secara jelas dan lugas. Semoga lebih banyak terbuka kesempatan dan peluang kerja bagi perempuan untuk bekerja dan berekspresi, tanpa terhambat oleh stereotip yang ada,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Jurnalistik, semester empat, Muhammad Ilyasa Azzaky mengatakan, semua orang memiliki kesempatan yang sama dalam mengejar karir, tanpa harus merasa terdiskriminasi karena jenis kelamin.
“Dalam penulisan, penelitian, maupun pelaporan ketika terjun ke dunia pers tidak menggunakan jenis kelamin sebagai tolak ukur. Namun, itu semua kembali kepada dedikasi, keterampilan, pengetahuan, serta kerja keras yang mereka miliki,” pungkasnya.
(Keyzar Devario)