
Anak anak Indonesia pasca pulang sekolah. Sumber. Liputan6.com
Pada Rabu (09/09), Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim telah menetapkan prioritas untuk mengurangi jumlah anak yang tidak bersekolah pada tahun 2025. Tujuan ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk memperbaiki akses pendidikan, serta memastikan bahwa semua anak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan Matematika,, semester tiga, Bagas Tri Wibowo menanggapi, upaya yang ditekankan pemerintah menjadi sorotan penting dalam mengurangi kondisi anak yang tidak bersekolah. Salah satu harapan yang dapat membiayai anak kurang mampu untuk bersekolah adalah pemerintah. Hal ini dapat ditempuh dengan cara membiayai dan memberikan perhatian lebih terhadap anak-anak yang membutuhkan.
“Penyebab utama anak tidak bersekolah di Indonesia adalah kurangnya relevansi pendidikan dengan kehidupan, misalnya anak diminta untuk mengikuti lomba membuat nasi tumpeng, padahal dalam kehidupan sangat tidak relevan tetapi tetap dilakukan, sehingga menurunnya semangat anak di indonesia untuk bersekolah. Dengan itu, kemendikbud perlu meningkatkan kualitas pendidikan, relevansi pendidikan, hingga sarana belajar untuk memotivasi anak belajar lebih giat,” ujarnya.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Kesejahteraan Sosial (Kessos), semester tiga, Rahma Yunita mengatakan, pemerintah mesti mulai tegas dan menyoroti masalah yang menjadi pokok utama dalam persiapan menuju indonesia emas. Salah satu program yang disoroti adalah alokasi dana. Dengan alokasi yang tepat, maka program tersebut mampu menjangkau lebih banyak anak dan memberikan akses pendidikan yang dibutuhkan.
“Selain peran pemerintah, juga dibutuhkannya partisipasi dari organisasi non pemerintah maupun dari masyarakat. Masyarakat bisa mengusung program belajar bersama di lingkungan sekitar atau dukungan moral bagi anak yang putus sekolah, seperti Rumah Baca Bersama. keterlibatan tokoh masyarakat juga akan berpengaruh dalam mempengaruhi orang tua untuk lebih peduli terhadap pendidikan anak, maka dampak jangka panjangnya tentu sangat besar,” tuturnya.
Dirinya menambahkan, dengan akses pendidikan yang merata, anak-anak punya kesempatan lebih baik untuk masa depan. Hal ini juga dapat perlahan mengurangi kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemerintah juga harus mengevaluasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak agar programnya tepat sasaran. Selain itu, penting untuk tidak hanya fokus pada kuantitas, tetapi juga kualitas pendidikan yang diberikan.
(Gisska Putri Hidayat)