
Menteri Agama (Menag) RI, Nasaruddin Umar saat berpidato pada agenda Reuni Akbar dan Musyawarah Nasional (Munas) ke-enam Ikatan Alumni UIN Jakarta. Sumber. Kemenag RI
Reuni Akbar dan Musyawarah Nasional (Munas) ke-enam Ikatan Alumni UIN (IKALUIN) Jakarta sukses dilaksanakan di Gedung Alumni Center UIN Jakarta. Dalam kesempatan ini, Menteri Agama (Menag) RI, Nasaruddin Umar turut hadir dan berpidato dengan menekankan pentingnya kontribusi alumni UIN Jakarta dalam memajukan pemikiran Islam yang modern, inklusif, dan damai. UIN Jakarta harus menjadi simbol pertemuan antara rasionalitas Barat dengan spiritualitas Timur. Dengan dukungan dari alumni dan mahasiswa, UIN Jakarta dapat bertransformasi menjadi pusat pemikiran Islam modern yang membanggakan.
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (FU), jurusan Ilmu Qur’an dan Tafsir (IAT), semester tujuh, Khoirunnisa menuturkan, dalam peradaban Islam sekarang memang dibutuhkan suatu wadah, dan UIN Jakarta adalah wadah yang tepat untuk dijadikan pusat intelektual Islam. Dengan itu, hal ini akan memberi pengaruh pada berbagai jurusan. Meskipun tidak diterapkan, setidaknya nilai-nilai keislaman akan dikenalkan.
“Akan ada banyak tantangan yang dihadapi, yaitu beragamnya latar belakang mahasiswa di UIN Jakarta yang mungkin akan sulit sepenuhnya menerapkan sistem tersebut. Meski begitu, tantangan yang dihadapi tetap bisa memberikan pengaruh bagi mahasiswa, dan keputusan Kementerian Agama (Kemenag) akan berdampak baik pada mahasiswa UIN Jakarta,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Kesejahteraan Sosial (Kessos), semester lima, Dika Eval Maulana menjelaskan, Kemenag ingin memperkuat pemikiran Islam dalam konteks global. Dengan menjadikan UIN Jakarta sebagai pusat intelektual Islam, maka secara gamblang hal ini akan berdampak pada kurikulum yang diterapkan, di mana kurikulum akan menjadi lebih integratif dengan menggabungkan studi keislaman dengan disiplin ilmu lain.
“Dalam perkembangan hidup yang semakin sensitif, UIN Jakarta diharapkan dapat seimbang antara ilmu pengetahuan dan tanggung jawab sosial ekologis. Dengan begitu, dijadikannya UIN Jakarta sebagai pusat intelektual Islam, dunia akademik tidak hanya dapat memfasilitasi penelitian dan inovasi, tetapi juga mendorong dialog antarbudaya dan agama,” pungkasnya.
(Safia Salsabila Putri didukung oleh Rayhan Anugerah Ramadhan)