Seruan All Eyes on Rafah di Media Sosial. Sumber. Republika.id
Viral di media sosial foto dan video mengenai pengeboman Rafah oleh Israel pada tanggal 6 Mei 2024 lalu, hal ini menuai suatu gerakan, yakni All Eyes on Rafah. Gerakan ini menjadi sorotan hangat di seluruh dunia. Sebab, Rafah adalah kota perbatasan antara Gaza dan Mesir yang akhir-akhir ini menjadi target serangan Israel. Rafah juga merupakan salah satu tempat bagi masyarakat Palestina untuk mengungsi. Gerakan All Eyes on Rafah bertujuan untuk mengajak masyarakat dunia agar tidak menutup mata terhadap kondisi yang terjadi di Rafah.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Kesejahteraan Sosial (Kessos), semester enam, Abid Awignam Astu menuturkan, sebagai pengguna aktif media sosial, dirinya turut mengunggah gerakan All Eyes on Rafah untuk mengajak masyarakat Indonesia lebih peduli terhadap konflik yang sedang terjadi.
“Rafah sendiri adalah satu-satunya pintu masuk bantuan dari negara lain, tetapi ditutup oleh Mesir. Hal ini mengundang keprihatinan karena tidak ada lagi bantuan luar yang bisa masuk untuk masyarakat Palestina. Harapannya, semoga seluruh masyarakat baik di Indonesia maupun internasional lebih mendukung dan membantu menyelesaikan permasalahan ini guna meminimalisir pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), semester empat, Salvia Neysa Syakira menjelaskan, karena Palestina belum diakui secara resmi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tidak semua negara bisa mengirim bantuan ke Palestina. Namun, dengan adanya gerakan All Eyes on Rafah, diharapkan dapat mendorong berbagai pihak untuk membuka mata.
“Semoga masyarakat mampu meningkatkan kesadaran untuk turut memboikot produk yang berhubungan dengan Israel. Semoga seluruh negara bisa membela hak asasi manusia (HAM) untuk Palestina dengan adanya gerakan All Eyes on Rafah ini,” jelasnya.
(Edith Indah Lestari)