Berlomba tinggikan nilai siswa, berujung dianulir SMA tujuan. Sumber. jabar.tribunnews.id.
Dalam sebuah edaran yang viral di salah satu media sosial, tertulis bahwa belasan pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dianulir oleh Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dituju. Hal ini terjadi karena telah dilakukan manipulasi nilai secara diam-diam oleh SMP asal para siswa tersebut. Banyak masyarakat yang geram dan memberikan tanggapan, termasuk dari kaum mahasiswa. Menyikapi kasus tersebut, mahasiswa UIN Jakarta memberikan tanggapannya.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), semester enam, Zahwa Nur Fitria menanggapi, karena banyak SMP yang berlomba memasukkan siswanya ke dalam SMA favorit, maka banyak yang melazimkan katrol nilai tersebut. Namun harus dipahami dampaknya, bahwa siswa yang bersangkutan dikhawatirkan akan mengalami ketertinggalan oleh siswa lainnya.
“Mereka akan tertinggal oleh siswa lain yang memang sudah memiliki standar sesuai SMA tujuan. Seharusnya, pihak pemerintah dan dinas pendidikan dapat memberikan sosialisasi berlebih terhadap sekolah agar kekeliruan tersebut dapat segera diminimalisir dan dihindari. Harapannya, semoga semakin banyak sekolah yang bertindak penuh kebijakan, apalagi terhadap hal yang sangat sakral dan bersangkutan dengan masa depan pelajar,” tuturnya.
Mahasiswa FITK, jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS), semester empat, Izza Zahra Nia mengatakan, pasti terdapat pemikiran bahwa memasuki SMA favorit, maka nilai yang dimiliki harus maksimal. Itulah mengapa banyak SMP yang berlomba untuk memanipulasi nilai agar siswanya dapat diterima di SMA favorit tujuannya. Namun kenyataannya, hal tersebut dapat berdampak buruk bagi siswa, bahkan bagi SMP itu sendiri.
“Demi menghindari permasalahan tersebut, sudah seharusnya penanaman pendidikan dan karakter diberikan sejak awal siswa bersekolah. Hal tersebut akan secara otomatis membantu para siswa agar mampu meraih hasil nilai akademik terbaik. Kebijakan pihak sekolah dan ketegasan dinas pendidikan menjadi harapan bagi saya agar masalah tersebut dapat dihindari,” jelasnya.
(Keyzar Devario)