Potret cabai yang menjadi salah satu bahan pokok dengan kenaikan harga yang signifikan. Sumber. most1058fm.com
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga bahan pokok, diantaranya kenaikan harga telur dan cabai sejak awal Maret 2024. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menuturkan, bahwa cabai rawit mengalami lonjakan hingga mencapai 15,94%. Di samping itu, harga telur ayam ras juga naik hingga 5,26% dibandingkan Februari lalu. Kenaikan harga yang terjadi menuai resah masyarakat. Terlebih, bulan Ramadhan baru memasuki minggu perdana dari total sebulan penuh.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), semester enam, Hanna Maulida Syifa menuturkan, pada awal Ramadhan, seharunya harga bahan pokok belum mengalami kenaikan. Dampak tersebut bersandingan langsung dengan nasib mahasiswa yang merantau. Dimana mereka mesti mengeluarkan biaya lebih untuk menunjang kebutuhan pangan.
“Telur ayam adalah menu andalan para mahasiswa rantau. Jika harga telur naik, bisa jadi mahasiswa yang ingin membeli jadi berpikir lagi. Sebaiknya pemerintah bisa membantu menurunkan harga bahan pokok selama bulan Ramadhan. Sebab, hal tersebut akan jauh memudahkan masyarakat dalam menyesuaikan kebutuhan mereka sehari-hari,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST), jurusan Teknik Informatika, semester enam, Aelissa Maharani memaparkan, bulan Ramadhan kini, bahan pokok adalah incaran utama bagi masyarakat. Jika harganya mengalami kenaikan, sebagian masyarakat terhambat untuk membeli karena minimnya biaya.
“Seharusnya pemerintah lebih aware terhadap kondisi yang ada di dalam masyarakat. Mungkin pemerintah dapat membuat program dengan menjual sembako jauh lebih terjangkau. Dari sudut pandang mahasiswa, jika bahan pokok naik, mereka akan lebih memilih untuk membeli makanan cepat saji. Sayangnya, jika bahan bakunya juga naik, banyak dari pedagang yang turut menaikkan harga jual makanan mereka,” jelasnya.
(Azaria Suci Fernada)