RDK FM

Potret Nathasa Diana Permatasari saat mengikuti Clash Of Champions.


Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis (FEB), Program Studi (Prodi) Akuntansi , Natasha Diana Permatasari menjadi salah satu peserta di kompetisi bidang eksak yang diadakan oleh Ruangguru, yakni Clash Of Champions yang cukup trending di media sosial. Setelah berbagai pengalaman dalam dunia akuntansi, seperti pembelajaran intensif di salah satu komunitas akuntansi, hingga mengikuti berbagai olimpiade, hal tersebut berhasil membawa Nathasa terpilih sebagai salah satu peserta gameshow bergengsi, yaitu Clash Of Champions.

“Hal paling utama yang memotivasi selama aku berproses adalah orang tua. Aku berkeinginan besar agar bisa membanggakan mereka dengan hasil diriku sendiri. Lalu, selain dari faktor keluarga, aku selalu mencatat list tujuan prestasi yang ingin aku capai, sehingga dalam satu tahun setidaknya aku bisa mencapai satu tujuan yang sudah aku rencanakan sebelumnya,” ujarnya.

Perempuan yang lahir di Kuningan, 21 Agustus 2005 tersebut merupakan mahasiswa yang aktif selama berkuliah. Pasalnya, selain mengikuti pembelajaran dengan baik, dirinya juga mengikuti komunitas belajar yang terdapat di luar kampus. Dengan begitu, Nathasa dapat mengembangkan kemampuannya, terutama di bidang akuntansi.

“Selama menjalani kegiatan, biasanya aku mengatur waktu dan jadwal dengan skala prioritas dari seluruh kegiatan. Untuk menjadwalkan kegiatan yang aku jalani, aku menggunakan kalender dan notes agar semua kegiatan bisa tersusun rapih. Tujuan lainnya juga agar tidak bentrok satu dengan lainnya,” tuturnya saat menjelaskan bagaimana cara dirinya memanajemen waktu.

Selama berkuliah, dirinya memiliki beberapa kendala selama menjadi mahasiswa, salah satunya adalah kurangnya informasi yang didapat. Hal tersebut terjadi karena kakak tingkat (kating) yang ia kenal hanya satu, sedangkan kating tersebut adalah satu-satunya sumber informasi yang bisa dirinya andalkan. Selain kendala dari informasi yang kurang, Nathasa juga memiliki sedikit kesulitan dalam belajar. Namun, dirinya dapat mengatasi itu dengan pembelajaran mandiri.

“Kalau untuk informasi mungkin hanya kendala di relasi dengan kating, tetapi aku juga punya kendala dalam belajar. Karena sudah menjadi mahasiswa yang seharusnya bisa untuk belajar sendiri, biasanya aku sepulang kuliah menambah jam belajar aku dengan belajar mandiri di rumah. Belajar mandiri yang aku gunakan bukan hanya lewat buku, tetapi media lain yang bisa digunakan, seperti menonton video tentang materi yang baru dibahas,” jelasnya.

Selama ia menjadi mahasiswa Akuntansi, banyak hal-hal yang sudah dilewatkan, terutama selama menjadi mahasiswa dengan berbagai hiruk pikuk perkuliahan. Hal yang paling ia sesali adalah kurangnya mencari tahu informasi tentang perkuliahan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

“Seharusnya saya bisa lebih giat lagi dalam mencari informasi perkuliahan, karena untuk masuk PTN, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) itu terbilang susah karena peluangnya sedikit. Seandainya aku tau kalau PTN lebih mudah dari Sekolah Menengah Akhir (SMA), mungkin aku akan ambil SMA pada saat itu,” ungkapya.

Setelah menyelesaikan perkuliahan di UIN, dirinya berencana untuk berfokus ke karir yang akan dijalankan. Selain itu, dirinya juga berkeinginan untuk fokus belajar di komunitas akuntansi, serta turut mengajar di sana.

“Kegiatan yang akan aku fokuskan kedepannya adalah memperdalam ilmu di komunitas akuntansi yang aku ikuti, dan akan mengajar di sana. Selain itu, aku juga akan fokus ke beberapa olimpiade yang akan datang,” jelasnya saat ditanya titik fokus setelah masa perkuliahan.

Selama berkuliah di UIN, Nathasa merasakan sistem pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi, seperti presentasi yang harus menggunakan laptop, dan sebagainya. Materi yang didapat pun bukan hanya dari buku, tetapi dari sumber lain yang bisa didapat dari internet.

“Biasanya dosen mengarahkan untuk mencari data di website yang sudah dicantumkan, lalu nantinya para mahasiswa akan menganalisis data tersebut, sehingga apa yang kita sudah pelajari juga berguna,” ujarnya.

Dengan penjelasan terkait sistem belajar, dirinya berharap agar sistem pembelajaran di UIN Jakarta bisa lebih men-detail, karena masih banyak mahasiswa yang tidak tahu dasar dari materi yang dijelaskan. Hal ini dapat berpengaruh ke pembelajaran mahasiswa kedepannya.

“Semoga sistem pembelajaran yang ada bisa lebih baik kedepannya, dan untuk seluruh mahasiswa harus tetap semangat karena kita punya tujuan masing-masing selama di perkuliahan. Pantang menyerah itu harus, dan kalaupun gagal mesti tetap yakin dan terus mencobanya sampai berhasil,“ pungkasnya.

(Fadil Achmad Fauzi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *