RDK FM

Bermain game online yang cenderung dimainkan para remaja. Sumber. ikons.id


Dalam era globalisasi ini, pertumbuhan industri game online telah melonjak pesat, lho Balamuda!. Namun, meningkatnya jumlah game dengan konten kekerasan dan seksual juga cukup pesat dan perlu menjadi perhatian yang sangat serius. Fenomena ini menyoroti tantangan baru dalam mengelola dampak globalisasi terhadap budaya dan moralitas. 

Organisasi dan lembaga perlindungan anak, seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI semakin bersuara untuk menekankan perlunya pengawasan dan regulasi yang lebih ketat, khususnya dalam industri game online guna melindungi generasi muda dari paparan yang tidak pantas. Seiring dengan itu, pendidikan dan kesadaran publik juga dianggap penting untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang dampak konten-konten game tersebut terhadap perkembangan anak-anak dan remaja.

KPAI telah mengajukan permohonan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk menghapus game online yang memuat konten kekerasan dan seksual. KPAI menyatakan keprihatinannya terhadap dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh konten-konten tersebut terhadap perkembangan anak-anak. 

KPAI juga menyoroti pentingnya pengawasan dan pemantauan dari pihak berwenang, serta para orang tua dalam mengatur akses anak-anak terhadap konten-konten tersebut demi melindungi generasi muda dari paparan yang tidak sesuai dengan norma negara dan agama. 

Banyak keuntungan apabila game online yang memuat konten kekerasan dan seksual di hapus dari akses unduhnya. Yuk, simak rinciannya!.

Lingkaran pergaulan dan komunikasi langsung lebih luas 

Lingkaran pergaulan adalah jaringan hubungan sosial seseorang, termasuk teman dan keluarga. Komunikasi langsung lebih luas mencakup berbagai cara berinteraksi, mulai dari tatap muka hingga komunikasi online.  Hal ini dapat memperluas lingkaran pergaulan dengan berbagai kelompok orang. 

Jadi, dengan dihapusnya game online yang mengandung konten kekerasan dan seksual, remaja dan anak-anak tidak kecanduan dan diam diri tanpa bersosialisasi. Cara ini juga dapat memperluas jaringan sosialnya di lingkungan yang lebih luas dengan tatap muka secara langsung.

Terstimulasinya perkembangan otak

Balamuda tau nggak, nih? ternyata perkembangan otak kita dimulai sejak janin dalam kandungan dan terus berlanjut hingga sekarang sepanjang kehidupan kita, lho!. Faktor-faktor nya seperti interaksi sosial, lingkungan dan pengalaman yang akan memainkan peran penting dalam stimulasi perkembangan otak.

Misalnya, seperti bermain, belajar, dan interaksi interpersonal. Jika tidak mengonsumsi game online yang mengandung unsur negatif, maka perkembangan otak akan baik dalam pembentukan koneksi neuron. Selain itu, perkembangan kognitif dan emosional juga tidak akan terpengaruhi atau terhambat. 

Menurunkan risiko pergaulan bebas 

Dalam konten game online yang mempengaruhi perkembangan otak dan kesadaran psikologis seseorang, maka keuntungan apabila tidak mengonsumsi game online tersebut yaitu berkurangnya risiko pergaulan bebas di zaman era globalisasi ini. 

Remaja maupun anak-anak yang tidak mendapatkan asupan kekerasan dan seksual dari media game online tersebut akan menimbulkan kemungkinan besar bahwa mereka tidak melakukan pergaulan bebas. Sebab, baik remaja dan anak-anak ketika melihat sesuatu yang membuat dirinya penasaran, maka akan dilakukannya untuk memenuhi rasa penasaran tersebut. Jika game online itu dihapus, maka hal ini akan meminimalisir kemungkinan itu.

Pendidikan lancar dan sesuai dengan porsi umurnya

Nah, Balamuda! keuntungan yang satu ini juga sangat berperan penting bagi Indonesia. Sebab, keuntungan ini akan menghasilkan generasi penerus bangsa Indonesia yang memiliki kecerdasan dan kemampuan yang terampil, sehingga remaja dan anak-anak dapat fokus sesuai dengan minat tanpa terhambat kecanduan dan doktrin dari game online. Selain itu, penerus bangsa di Indonesia juga dapat belajar sesuai dengan umurnya seiring berjalannya dengan waktu.

(Edith Indah Lestari)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *