Nutri-Level dalam produk minuman kemasan. Sumber. Merdeka.com
Balamuda udah tau belum, kalau rencananya nanti Indonesia bakal menerapkan sistem ‘Nutri-level’. Nah, pasti Balamuda penasaran juga kan apa itu Nutri-Level?. Sebelum kita membahas lebih lanjut. Mending kita bahas dulu, apa itu Nutri-Level.
Nutri-Level adalah sistem pelabelan gizi yang dikembangkan oleh Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) untuk membantu masyarakat lebih mudah memahami kandungan gula, garam, dan lemak (GGL) dalam produk pangan olahan. Label ini memiliki empat tingkatan, yaitu Level A hingga Level D yang menunjukkan jumlah kandungan GGL dalam produk. Level A mewakili kandungan GGL yang paling rendah, sedangkan Level D adalah yang paling tinggi.
Tujuan Nutri-Level adalah untuk mengendalikan konsumsi GGL yang berlebihan, dimana diketahui dapat berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit tidak menular seperti stroke, penyakit jantung, dan diabetes. Pelabelan ini diterapkan secara bertahap, dimulai dengan minuman siap konsumsi yang memiliki kandungan GGL tinggi pada level C dan D.
Nah, di Singapura, Nutri-Level adalah sistem pelabelan nutrisi wajib yang diperkenalkan untuk membantu konsumen memilih minuman yang lebih sehat. Label ini digunakan pada minuman siap minum dan yang dijual melalui dispenser otomatis, seperti kopi, teh, dan minuman ringan. Sejak akhir 2023, label ini juga diterapkan pada minuman segar yang disiapkan langsung di gerai.
Minuman dikelompokkan ke dalam empat kategori, yakni A, B, C, dan D berdasarkan kandungan gula dan lemak jenuhnya. Minuman dengan label A dan B memiliki kandungan gula dan lemak jenuh rendah, sementara C dan D mengandung jumlah yang lebih tinggi. Minuman berlabel C atau D wajib diberi label Nutri-Grade dan iklannya dilarang, terutama bagi yang berlabel D. Langkah ini bertujuan untuk mendorong reformulasi produk agar lebih sehat, dan mengurangi konsumsi gula serta lemak jenuh di masyarakat.
Kalau Nutri-Level diterapkan di Indonesia, bakal jadi langkah yang kece pastinya buat kesehatan masyarakat! Coba bayangin, label ini bakal bikin Balamuda lebih gampang pilih makanan atau minuman yang sehat, karena Balamuda bisa lihat langsung kandungan gula, garam, dan lemaknya dari label. Jadi, bisa lebih paham, deh mana yang aman dikonsumsi dan mana yang perlu dihindari biar gak kebanyakan gula atau lemak, karena keduanya bisa bikin Balamuda obesitas atau diabetes, lho!.
Sisi Positif:
- Balamuda akan lebih “sadar” tentang apa yang akan dimakan dan bisa mengetahui mana yang sehat atau tidak tanpa harus jadi ahli gizi. Ngemil boba atau soda bisa dipertimbangkan dua kali setelah melihat label Nutri-Level yang menunjukkan gizi yang tinggi.
- Penerapan Nutri-Level bisa memaksa produsen menjadi lebih kreatif dalam mencari cara untuk reformulasi produk. Misalnya, mengurangi gula pada minuman manis agar mendapatkan label yang lebih sehat, seperti yang dilakukan di Singapura. Ini bisa membuat industri makanan lokal semakin inovatif.
- Nutri-Level bisa membantu orang lebih selektif dalam memilih makanan, terutama di tengah tingginya angka diabetes dan penyakit jantung di Indonesia. Dengan memilih makanan yang lebih sehat, risiko terkena penyakit-penyakit tersebut bisa diminimalkan.
Tantangannya:
- Banyak UMKM mungkin belum siap menghadapi aturan ini. Membuat produk sehat dengan harga murah bukan hal yang mudah, terutama bagi produsen kecil. Mereka mungkin akan kesulitan dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi.
- Banyak masyarakat Indonesia yang belum paham soal nutrisi. Penerapan Nutri-Level akan percuma jika tidak diiringi dengan edukasi yang kuat tentang cara membaca label tersebut.
- Makanan manis, gurih, dan berlemak sudah menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia. Masyarakat yang sudah terbiasa dengan makanan yang “enak” tapi kurang sehat mungkin akan resistensi terhadap perubahan. Diperlukan waktu dan kampanye kreatif untuk mengubah kebiasaan ini.
Nah, kalau diterapin di Indonesia, pasti bakal keren banget buat mendorong masyarakat hidup lebih sehat. Tapi, ya itu, perlu banyak edukasi dan dukungan, biar perubahan ini nggak bikin kaget dan malah bikin banyak bisnis kecil keteteran. Yang penting sih, kita semua jadi lebih peduli sama apa yang masuk ke tubuh kita!. Menurut Balamuda gimana? Apakah Nutri-Level cocok diterapkan di Indonesia?.
(Fadil Achmad Fauzi)