Penghargaan Kuliner Betawi sebagai Kekayaan Intelektuan Komunal (KIK). Sumber. dinaskebudayaan.jakarta.go.id
Sebanyak 12 kuliner Betawi telah resmi ditetapkan sebagai Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud), Iwan Henry mengungkapkan, pencapaian ini adalah hasil kerja sama antara Disbud Jakarta, Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenkumham Jakarta, sertaLembaga Kebudayaan Betawi (LKB). Tujuan utama penetapan ini adalah untuk melestarikan warisan budaya dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), semester empat, Muhammad Thariq Aziz menjelaskan, sebagai warga Jakarta, dirinya sangat senang mendengar kabar tersebut karena akan membawa banyak manfaat bagi masyarakat dari kuliner khas Betawi.
“Ini akan berdampak positif secara signifikan, yakni kuliner khas Indonesia jauh lebih dikenal, serta nilai pasar akan terus meningkat, khususnya nilai jual makanan khas daerah Betawi di kancah dunia internasional. Kuliner seluruh Indonesia lainnya perlu didaftarkan ke KIK guna pelestarian, serta perlindungan terhadap kekayaan Indonesia agar tidak diakui pihak asing karena belum terdaftar secara resmi,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), semester empat, Adam Satria Ramadhan menuturkan, pendaftaran kuliner khas nusantara akan berdampak pada pelestarian, serta sebagai bentuk upaya perlindungan budaya kuliner dari klaim sepihak oleh pihak eksternal.
“Pendaftaran ini juga dapat meningkatkan daya saing dan nilai jual bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berfokus pada kuliner khas nusantara. Pendataan tersebut memicu semangat masyarakat dalam mempopulerkan kuliner ini, terutama dalam menghadapi era globalisasi yang semakin kompleks. Terkhusus generasi milenial dan Gen Z yang mulai terkikis terhadap budaya khas nusantara,” pungkasnya.
(Rayhan Anugerah Ramadhan)