
Al-Qur’an dengan berbagai bahasa daerah di Indonesia. Sumber. Antaranews
Kementerian Agama (Kemenag) tengah merampungkan penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Betawi, setelah sebelumnya melakukan penerjemahan ke berbagai bahasa daerah di Indonesia. Adapun alasan penerjemahan itu, karena bahasa Betawi adalah bahasa yang familiar di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, penggunaan bahasa yang tepat dan sesuai sangat penting untuk memastikan tidak terjadi kesalahan saat diterbitkan.
Anggota Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Jurnalistik, Azra Salsabila menanggapi, tindakan tersebut merupakan tindakan yang cukup bagus, karena hal ini menjadi tindakan yang berpengaruh positif bagi masyarakat lokal beradat Betawi, khususnya dalam memahami Al-Quran. Tindakan Kemenag ini juga menimbulkan manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat tertentu, pasalnya masih banyak masyarakat lokal yang belum terbiasa dengan bahasa Indonesia.
“Banyak di berbagai wilayah Indonesia yang warganya lebih sering menggunakan bahasa daerah, pastinya karena sudah terlalu melekat kegiatan dalam sehari-hari. Selain bermanfaat bagi masyarakat lokal, tindakan Kemenag juga menjadi bentuk upaya untuk melestarikan budaya, tujuannya agar lebih dikenal bagi pembaca Al-Quran yang berminat mempelajari bahasa Betawi. Namun, apabila tindakan tersebut dilakukan tanpa akurasi yang tepat, maka akan mencoreng nama baik pihak Kemenag di mata umat Muslim. Dengan itu, semoga Kemenag dapat melakukan hal ini sebaik-baiknya,” ungkapnya.
Anggota Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Raisa Dwita menuturkan, tindakan yang direncanakan oleh Kemenag adalah suatu hal yang dapat menimbulkan pengaruh positif, terutama bagi masyarakat Betawi yang sudah melekat dengan adat istiadat yang ada. Karena dengan adanya penerjemahan, maka hal ini akan meningkatkan minat dan pemahaman bagi masyarakat Betawi itu sendiri.
“Akan tetapi, hal ini dapat menimbulkan hal negatif bagi umat Muslim keseluruhan, karena apabila penerjemahan tersebut tidak akurat dengan arti yang sebenarnya, maka makna setiap ayat juga menjadi salah. Menurutnya, karena bahasa Betawi ada beberapa kemiripan dengan bahasa Indonesia sehari-hari, maka kemungkinan besar akan lebih dimengerti bagi beberapa kalangan masyarakat. Saya berharap semoga pihak yang berwenang dapat melakukan rencana tersebut dengan bijak, serta bisa melihat sisi positif dan negatif kedepannya,” pungkasnya.
(Fadil Achmad Fauzi)