
Pemaparan materi oleh Bandung Bergerak di agenda JFair 2024.
Pencemaran lingkungan semakin memprihatinkan menjadi sebuah ancaman nyata bagi keberlanjutan hidup di kota-kota besar, sehingga hal ini menjadikan isu utama yang disuarakan oleh Jurnalistik Fair (JFair) 2024. Kali ini, JFair mengadakan pameran foto ilustrasi di Taman Ismail Marzuki, serta berkolaborasi dengan beberapa elemen yang fokus utamanya bergerak di lingkungan dan manusia yang terpinggirkan. Contohnya seperti Surat Sobek dan Bandung Bergerak, dimana keduanya saling memberikan tanggapan dan pemaparan bagaimana kerusakan lingkungan yang parah telah terjadi melalui workshop dan talkshow.
Ketua Pelaksana, Ariq Barruttaman menjelaskan, JFair 2024 adalah acara tahunan rutin yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Jurnalistik. JFair kali ini memiliki perbedaan yang sangat mencolok, yakni lebih fokus dan vokal dalam menyuarakan isu lingkungan. Tidak hanya menyuarakan saja, tetapi turut melakukan campaign dengan tidak membuang sampah sembarangan dan selalu membawa tumblr. Hal ini diharapkan menjadi trigger tersendiri dan awalan yang baik.
“Selain melakukan campaign, JFair kali ini yang agendanya digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM) berrtujuan agar JFair lebih dikenal, serta banyak pengunjung dari luar UIN Jakarta. Di samping itu, pameran foto yang penuh dengan makna tentang lingkungan pun turut dihadirkan guna menjadi pengingat bagi pengunjung yang datang. Sebab, hasil karya foto-foto tersebut merupakan hasil jepretan dari mahasiswa Jurnalistik itu sendiri,” jelasnya.
Pemateri Bandung Bergerak, Awla Rajul menerangkan, Bandung Bergerak adalah media alternatif yang berfokus kepada manusia terpinggirkan, dimana kemudian ada beberapa sektor fokus, salah satunya lingkungan. Terkait hal-hal yang cukup sensitif untuk digali, tidak jarang Bandung Bergerak mendapatkan tekanan dari pihak eksternal dan serangan siber yang sempat menyerang situs. Meskipun mendapat berbagai rintangan, Bandung Bergerak berkomitmen untuk terus menyuarakan isu ini.
“Agenda JFair mengajak kita semua untuk sama-sama menyuarakan kerusakan lingkungan yang terjadi di kota besar Indonesia. Sebab, krisis lingkungan kini sudah sangat memprihatinkan. Lingkungan dan ekosistem semakin tergerus oleh Pembangunan infrastruktur yang mengorbankan ruang terbuka hijau tanpa memikirkan dampak jangka panjang. Terlebih bagi keberlanjutan kehidupan makhluk hidup selain manusia,” ujarnya.
Dirinya menambahkan, untuk mencegah kerusakan dan memperbaiki lingkungan, perlu dikerahkannya kolaborasi dari berbagai macam elemen masyarakat, stakeholder, serta pemerintah daerah dan pusat untuk sama-sama berkomitmen. Selain komitmen, perlu dibentuknya suatu kerjasama dalam mengembalikan ekosistem dan lingkungan ke titik semula dengan optimal.
(Rayhan Anugerah Ramadhan)