RDK FM

Menlu Retno sebagia delegasi Indonesia yang memutuskan walkout saat Israel berpidato. Sumber. Detik.com


Indonesia dan negara-negara Organisasi Kerja sama Islam (OKI) memutuskan walkout dari sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai bentuk protes terhadap pidato Perdana Menteri Israel. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi mengajukan reformasi sistem multilateral di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) selama sesi Majelis Umum PBB di New York. 

Mahasiswa Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), jurusan Hubungan Internasional (HI), semester tujuh, Muhammad Abraham Ibrahim menjelaskan, tindakan walkout tersebut sangat diplomasi jika dilakukan di forum formal seperti PBB untuk memastikan kesempatan dialog yang konstruktif. Sebab, walkout itu sendiri dapat mengurangi pengaruh Indonesia dalam berbagai aspek. 

“Walkout di dalam forum formal dapat mengurangi pengaruh Indonesia, khususnya dalam mempengaruhi dan mengisi forum diskusi, serta memperlemah posisi diplomatik di arena internasional. Dengan meninggalkan sidang, Indonesia kehilangan kesempatan untuk mengajukan argumen yang lebih kuat dan strategis. Aksi tersebut bisa dilihat sebagai tindakan emosional yang tidak mendukung diplomasi yang lebih rasional,” ujarnya.

Mahasiswa Fakuktas Psikologi (FPSI), jurusan Psikologi, semester tujuh, Cahya Gumilar menuturkan, keputusan Indonesia walkout dari forum tersebut menjadi langkah tegas dalam menunjukkan solidaritas terhadap Palestina. Hal ini dilakukan juga untuk mempertahankan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia (HAM). Hal ini memperlihatkan bahwa Indonesia memprioritaskan kemanusiaan daripada kepentingan politik sesaat yang sejalan dengan prinsip dasar diplomasi negara.

“Tindakan ini menunjukkan keberanian Indonesia dalam menentang keputusan yang tidak mendukung perdamaian. Sebagai generasi muda yang peduli dengan HAM, saya mendukung penuh aksi ini sebagai bentuk diplomasi yang berani dan adil. Di samping itu, keputusan walkout ini menunjukkan perbedaan pendekatan dalam diplomasi internasional, dimana sebagian kalangan memiliki pandangan sebagai bentuk protes yang diperlukan, sementara lainnya menilai pentingnya mempertahankan pendirian dalam setiap kondisi,” tuturnya.

(Asy Syifa Salsabila)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *