
Potret bersama pasca perkuat diplomasi Korean Wave dan Indonesia Wave. Sumber. Rakyat Merdeka
Pada Senin (16/12), hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan, khususnya bidang kebudayaan tidak lepas dari pengaruh pengguna internet alias warganet di Tanah Air. Di sisi lain, kemajuan teknologi, khususnya internet dan alat komunikasi turut mempengaruhi tata pergaulan internasional. Dalam bukunya Diplomasi Digital dan Kebijakan Luar Negeri Indonesia, Humphrey Wangke mengatakan, platform media sosial menjadi salah satu arena untuk membangun percakapan lintas negara.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), semester tiga, Nur Fitriani mengungkapkan, bahwa diplomasi digital melalui media sosial telah memperkenalkan budaya Korea, terutama bagi penggemar korean pop (KPOP). Hal tersebut dapat memudahkan masyarakat untuk mengenal makanan Korea dan meningkatkan daya tarik kuliner luar negeri, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
“Kecocokan budaya, terlihat dari popularitas Korean Wave di Indonesia akan memperkuat kerjasama bilateral dalam bidang budaya dan industri kreatif. Selain itu, melalui perjanjian kerjasama, kedua negara berkomitmen untuk mempromosikan budaya masing-masing, sehingga menciptakan ikatan yang lebih kuat dan saling menguntungkan,” ungkapnya.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), jurusan Ilmu Politik (ILPOL), semester tiga, Muhammad Riziq Yazid Zidan menuturkan, diplomasi digital antara Indonesia dan Korea Selatan semakin menguat, terutama melalui penyebaran budaya populer Korea, seperti Hallyu, Drama Korea (DRAKOR). Oleh sebab itu, Korea Selatan memanfaatkan Korean Cultural Center (KCC) guna membangun interaksi dan hubungan jangka panjang dengan masyarakat Indonesia.
“Kerja sama ini tidak hanya memperkuat hubungan bilateral, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia. Di sisi lain, Indonesia akan menjadi terlalu bergantung pada teknologi dan inovasi dari Korea Selatan, yang dapat menghambat pengembangan kemampuan lokal,” tuturnya.
(Azaria Suci Fernada)