Salah satu hutan adat Papua di Indonesia. Sumber. Greeners. co
Belakangan, viral di media sosial terkait gerakan All Eyes on Papua. Di balik gerakan tersebut, terdapat nasib hutan adat Papua yang terancam dibabat habis oleh sebuah perusahaan, yakni untuk dijadikan perkebunan sawit. Terpantau bahwa luas hutan adat tersebut hampir setara dengan setengah wilayah Jakarta. Dengan itu, masyarakat Papua sedang memperjuangkan hak mereka atas lahan tersebut dengan mengadakan aksi damai untuk menyuarakan penolakan mereka. Mereka menolak rencana pembabatan hutan seluas 36 ribu hektar tersebut karena hutan terkait merupakan sumber kehidupan utama bagi masyarakat adat Papua.
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST), jurusan Teknik Pertambangan, semester enam, Istyo Murdo Andono mengatakan, Papua memiliki tingkat pendapatan dan pemberdayaan yang rendah. Dengan itu, lahan hutan adat yang akan dialihfungsikan menjadi kebun kelapa sawit sebaiknya dipindahkan terlebih dahulu ke daerah lain untuk direklamasi dan digunakan kembali.
“Perlu sosialisasi lebih dalam kepada masyarakat agar perkembangan terhadap semua aspek dapat berjalan sesuai dengan kesepakatan masyarakat setempat dan perusahaan terkait. Sebab, jika perusahaan terkait mampu bertanggung jawab dengan baik, maka proyek tersebut dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia, terutama wilayah Papua. Dampak positif yang dimaksud mencakup perkembangan pendidikan, ekonomi, pemberdayaan, kesehatan, dan lainnya,” tuturnya.
Dirinya menambahkan, Selain dampak positif, terdapat dampak negatif yang mungkin timbul dari terealisasinya hal tersebut yakni, adanya kecenderungan terkikisnya adat istiadat dan budaya warga lokal, serta pencemaran air, udara, tanah. Dampak lainnya adalah perubahan gaya hidup hingga budaya masyarakat sekitar akibat kegiatan pertambangan.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDIKOM), jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), semester empat, Muhammad Ghufroni menuturkan, jika kegiatan tersebut terealisasi, maka akan berdampak buruk pada alam seperti peningkatan pemanasan global akibat naiknya kadar karbondioksida, serta dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat setempat.
“Budaya masyarakat lokal akan terkontaminasi jika kegiatan tersebut terealisasi. Oleh karena itu, masyarakat Papua melakukan aksi damai untuk mempertahankan lingkungan mereka karena kerugian dan kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan manfaatnya.” ujar Ghufroni.
(Asy Syifa Salsabila)