
Salah satu contoh pendidikan modern pada era digitalisasi. Sumber. sahabatguru.com
Hari Kebangkitan Nasional, yang diperingati pada Selasa (21/04), menjadi momentum untuk mengenang lahirnya organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, yang hadir sebagai respons atas ketimpangan akses pendidikan bagi masyarakat pribumi di masa kolonial. Lebih dari sekadar peringatan historis, momen ini juga menjadi refleksi bersama akan pentingnya mewujudkan pemerataan pendidikan di era modern.
Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), jurusan Perbandingan Mazhab (PMH), semester enam, Rahmad Kurniawansyah mengatakan, peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang berakar dari semangat para pelajar dalam mendirikan Boedi Oetomo sebagai respons terhadap ketimpangan pendidikan di masa kolonial masih sangat relevan dengan kondisi saat ini. Momen ini menjadi pengingat bahwa persoalan akses pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya terselesaikan.
“Jika dahulu ketimpangan terjadi antara pihak kolonial dan masyarakat pribumi, kini ketimpangan tersebut bergeser menjadi jurang antara golongan menengah atas dan menengah ke bawah. Pemerataan akses pendidikan tetap menjadi tantangan yang harus dijawab dalam upaya mewujudkan keadilan sosial di era modern,” katanya.
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan Biologi, semester empat, Ivanda Aulia Rahma mengungkapkan, proses pembelajaran di era kolonial memiliki tantangan tersendiri karena belum ditunjang oleh teknologi digital seperti gawai dan internet. Saat itu, kegiatan belajar sepenuhnya mengandalkan buku fisik dan interaksi langsung, sehingga pemahaman materi cenderung lebih mendalam dan mudah diingat.
“Berbeda dengan era modern, di mana pelajar dapat mengakses informasi dengan cepat melalui kecerdasan buatan, mesin pencari, atau berbagai aplikasi digital. Meski akses tersebut memberi kemudahan, proses pemahaman kerap menjadi dangkal karena informasi dikonsumsi secara instan tanpa diolah secara menyeluruh. Tantangan pendidikan masa kini bukan lagi soal akses, melainkan bagaimana pelajar mampu memaknai dan menyerap informasi secara mendalam,” ungkapnya.
(Fayruz Zalfa Zahira)