Pasokan pangan terbesar di Indonesia yang melalui proses impor, yakni Beras. Sumber. Kompas.com
Badan Pangan Nasional (Bapanas) membeberkan solusi untuk mengurangi jumlah impor beras, salah satunya dengan menggalakkan program Stop Boros Pangan. Pihak Bapanas mengatakan, program tersebut diusung karena angka pemborosan pangan terhitung sangat besar. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 30% total pangan yang terbuang. Jika dikonversi, ini setara dengan pemenuhan pangan 60-120 juta rakyat Indonesia.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES), jurusan Kesehatan Masyarakat (Kesmas), semester empat, Indah Syifa Iqromah menuturkan, jumlah penduduk di Indonesia semakin bertambah. Namun, produktivitas lahan juga semakin berkurang. Pemborosan pangan dari tahun 2000 hingga 2019 mencapai 115 sampai 184 kilogram per tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya perbaikan dalam sistem pemanfaatan pangan.
“Tindakan pemerintah yang dicanangkan merupakan hal yang harus diapresiasi. Pasalnya, pemborosan pangan menjadi kasus utama, serta termasuk tindakan yang strategis untuk mengatasi impor pangan berlebih. Dengan ini, seharusnya pemerintah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat atas pentingnya persediaan pangan. Semoga program ini dapat menimbulkan pengaruh yang signifikan, serta mengurangi ketergantungan terhadap impor beras dari negara lain,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), jurusan Ilmu Hukum, semester empat, Aura Salsabila mengungkapkan, pangan di Indonesia merupakan isu yang kompleks, karena hal tersebut dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya seperti pertumbuhan penduduk, perubahan iklim yang mengganggu produksi pertanian, hingga perubahan pola konsumsi masyarakat.
“Selain itu, keterbatasan infrastruktur dan harga pangan yang ada juga turut mempengaruhi daya beli masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan produksi, infrastruktur, diversifikasi pangan, dan lain sebagainya. Saya berharap pemerintah konsisten dalam menangani ketersediaan pangan di Indonesia, serta meningkatkan pendapatan petani agar minat mereka meningkat seiring berjalannya waktu,” jelasnya.
(Fadil Achmad Fauzi)