Seorang guru yang sedang menerapkan pembelajaran siswa tingkat PAUD. Sumber. Kompas.com
Pada Kamis (12/9), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI mengajak pengajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menerapkan pembelajaran dengan membangun pondasi anak. Hal ini bertujuan agar Indonesia melahirkan generasi berkualitas. Ahli Utama Dirjen (PAUD), Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud RI, Dr. Sutanto mengatakan, pendidikan periode usia dini sangat penting untuk membangun pondasi anak, melalui pembelajaran enam pondasi, guru dapat mengenalkan agama dan budi pekerti kepada anak.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan Agama Islam (PBAI), semester lima, Rahma Adzkia mengatakan, Pendidikan anak usia dini adalah periode kritis dalam pembentukan pondasi berkualitas bagi anak. Oleh karena itu, anak akan belajar berinteraksi dengan lingkungan sekitar, mengembangkan keterampilan sosial, membentuk pola pikir, hingga mengenal konsep dasar seperti angka dan huruf.
“Pendidikan (PAUD) tidak hanya mengajarkan keterampilan akademik, tetapi juga keterampilan sosial seperti bekerja sama, menghargai perbedaan, dan menyelesaikan konflik. Namun, orang tua dan guru juga dapat saling bertukar informasi mengenai perkembangan anak, hingga bekerja sama dalam memberikan pembelajaran yang konsisten di sekolah maupun di rumah,” pungkasnya.
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (FU), jurusan Aqidah Filsafat Islam (AFI), semester tiga, Rahima Azwani mengatakan, Kemendikbud telah mengusulkan kebijakan yang dapat mendorong pendidikan anak usia dini (PAUD). Hal ini penting direalisasikan guna menerapkan pembelajaran berbasis pembangunan pondasi anak, tetapi penerapan kalimat dan karakter siswa ditentukan oleh pengajaran guru.
“Pendidikan di usia disini tidak seharusnya berfokus pada pendidikan formal, tetapi pada perkembangan sosial, emosional, dan pola pikir pada anak. Selain itu, anak-anak usia dini biasanya belajar melalui bermain, melakukan eksperimen, serta berinteraksi dengan lingkungannya, maka anak dapat kehilangan kesempatan untuk mengeksplorasi dunia sekitar jika berfokus pada pembelajaran yang terlalu diarahkan,” jelasnya.
(Azaria Suci Fernada)