RDK FM

Berlangsungnya seminar yang digelar HMPS PBSI di Ruang Teater Lantai Tiga Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Sumber.


Pada Kamis (31/10),  program studi (prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra (PBSI) sukses menggelar Seminar Nasional Festival Budaya. Acara tersebut di gelar di Ruang Teater Lantai Tiga Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), serta merupakan acara tahunan dari Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) PBSI. Acara bertajuk “Peran Generasi Muda terhadap Pemertahanan Budaya melalui Bahasa dan Sastra”, dimana bertujuan untuk menjadi wadah mahasiswa dan pelajar guna bisa lebih kreatif, solidaritas, dan juga suportif.

Salah satu narasumber Seminar Nasional Festival Budaya, Erisca Febriani menjelaskan, generasi muda dapat memanfaatkan media sosial sebagai wadah berkarya, seperti di Wattpad, Webtoon, X, dan Instagram. Meskipun memahami teori menulis, ketakutan terhadap teori tersebut akan menghalangi untuk mulai menulis. Ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap karya awal juga menjadi penghambat. Dengan menulis, dapat mengatasi segala hal yang mengganggu pikiran.

“Motivasi untuk menulis sangat penting, karena ide-ide sering muncul saat kita merasa bosan. Dengan menerima kebosanan, kita bisa menemukan kreativitas dan semangat berkarya dari dalam diri kita sendiri. Ketika baru mulai menulis, jangan terlalu mengharapkan ekspektasi yang besar. Hal ini penting agar kita tetap memiliki alasan untuk menulis. Menulis seharusnya tidak menjadi beban, melainkan menjadi cara untuk meluapkan pikiran, emosi, dan perasaan yang ada di dalam kepala kita,” jelasnya.

Ketua pelaksana Seminar Nasional Festival Budaya,  Mahdum Ibrahim menuturkan, peran generasi muda dalam mempertahankan budaya melalui bahasa dan sastra sangat krusial. Dengan meningkatkan pengetahuan tentang seni dan bahasa daerah, generasi muda dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya. Keterlibatan aktif dalam kegiatan budaya, seperti festival dan pengajaran seni juga penting untuk melestarikan warisan budaya.

“Penggunaan teknologi informasi dapat membantu menyebarluaskan budaya Indonesia secara lebih luas, mengintegrasikan bahasa daerah ke dalam kurikulum pendidikan, sehingga mahasiswa memahami dan menghargai nilai-nilai budaya lokal. Selain itu, menulis bukan hanya tentang menyusun kata-kata, tetapi juga alat menjadi alat untuk berkomunikasi, berbagi pengetahuan, dan menciptakan koneksi dengan orang lain,” tuturnya.

(Azaria Suci Fernada)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *