
Ucapan belasungkawa kepada dr. Mohammed Shabat. Sumber. uinjktofficial Instagram
Di tengah konflik berkepanjangan yang melanda wilayah Gaza, Palestina, salah satu dokter lulusan Indonesia, Mohammed Shabat, dilaporkan gugur saat menjalankan tugasnya di daerah tersebut. Kabar ini datang sebagai pukulan berat bagi keluarga, rekan sejawat, serta seluruh pihak yang mengagumi komitmen dan pengorbanannya. Dr. Shabat memiliki latar belakang pendidikan di Indonesia, serta dikenal sebagai sosok yang berdedikasi tinggi dalam dunia medis dan kemanusiaan.
Karir dan Latar Belakang Pendidikan Mohammed Shabat
Mohammed Shabat adalah dokter Palestina yang menyelesaikan pendidikan kedokteran di UIN Jakarta. Selama masa studinya, ia dikenal sebagai mahasiswa yang berprestasi dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Setelah lulus, Dr. Shabat memutuskan untuk kembali ke Gaza, yakni sebuah keputusan yang didasari oleh keinginannya untuk berkontribusi secara langsung di tanah kelahirannya, khususnya bagi mereka yang terdampak oleh konflik.
Di Gaza, Dr. Shabat bergabung dengan salah satu rumah sakit terbesar dan kerap berada di garis terdepan dalam menangani pasien-pasien yang menjadi korban, yakni korban dari eskalasi konflik di wilayah tersebut. Ia tidak hanya dikenal sebagai dokter yang terampil, tetapi juga sebagai individu yang memiliki keteguhan hati, khususnya dalam menghadapi situasi medis yang sering kali sulit dan penuh keterbatasan di tengah blokade.
Pengabdian dan Dedikasi dalam Kondisi Ekstrem
Selama bertugas di Gaza, Mohammed Shabat sering dihadapkan pada kondisi darurat yang melibatkan korban dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga lansia. Dengan fasilitas medis yang sangat terbatas karena blokade yang berlangsung selama bertahun-tahun, Dr. Shabat dan tim medis harus bekerja ekstra keras untuk memberikan perawatan terbaik. Beberapa kali, ia bahkan rela bekerja selama berjam-jam tanpa henti demi memastikan bahwa pasien-pasiennya mendapatkan penanganan yang layak.
Meski bekerja dalam situasi yang penuh risiko, Dr. Shabat tidak pernah menunjukkan tanda-tanda keputusasaan atau menyerah. Baginya, profesi dokter bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan untuk melayani. Ia percaya bahwa setiap jiwa yang tertolong merupakan upaya nyata dalam menegakkan nilai kemanusiaan di tengah kondisi yang menantang.
Tragedi yang Menyentuh Hati Dunia
Mohammed Shabat gugur ketika sedang menjalankan tugas di sebuah rumah sakit di Gaza yang menjadi target serangan udara pada pekan ini. Serangan tersebut menyebabkan kerusakan besar pada fasilitas kesehatan, termasuk area tempatnya bekerja. Kematian Dr. Shabat menjadi simbol nyata dari perjuangan tenaga medis di Gaza yang terus bekerja meski di bawah bayang-bayang ancaman dan bahaya.
Sebagai seorang dokter lulusan Indonesia, Mohammed tidak hanya mewakili semangat solidaritas antara kedua negara, tetapi juga menjadi inspirasi bagi tenaga medis lainnya. Kegigihan dan dedikasinya dalam melayani masyarakat Palestina menunjukkan betapa besarnya peran tenaga kesehatan dalam menjaga kemanusiaan di tengah situasi yang penuh konflik. Kehilangan sosok seperti Dr. Shabat adalah duka mendalam, terutama di saat banyak pihak yang menggantungkan harapan mereka pada profesional medis yang bekerja di lapangan dengan keterbatasan sarana dan ancaman keselamatan yang tinggi.
Peninggalan dan Harapan Ke Depan
Kehilangan Mohammed Shabat meninggalkan jejak yang mendalam bagi masyarakat Gaza, khususnya para pasien yang pernah merasakan sentuhan tangan hangatnya. Banyak pihak berharap bahwa perjuangan dan pengorbanan Dr. Shabat dapat menjadi pengingat akan pentingnya perdamaian dan akses terhadap layanan kesehatan yang aman bagi masyarakat sipil di wilayah konflik.
Kematian Dr. Shabat juga menyoroti kebutuhan mendesak untuk adanya perlindungan yang lebih baik bagi fasilitas kesehatan di zona konflik, sesuai dengan hukum internasional. Meski begitu, upaya ini tentu membutuhkan dukungan dan komitmen dari berbagai pihak, termasuk organisasi internasional, lembaga kemanusiaan, dan komunitas global yang peduli terhadap situasi di Gaza.
Dengan kepergian Dr. Shabat, dunia kehilangan salah satu sosok dokter yang berdedikasi dan berani. Walaupun ia telah tiada, nilai-nilai yang diembannya akan terus hidup dan menginspirasi tenaga kesehatan lainnya, baik di Gaza maupun di seluruh dunia. Semangat Mohammed Shabat diharapkan menjadi pemicu bagi dunia internasional untuk terus memperjuangkan nilai kemanusiaan, khususnya dalam memberikan perlindungan bagi warga sipil dan tenaga medis di wilayah yang dilanda konflik.
(Keyzar Devario)