RDK FM

Suasana berlangsungnya Forum Bedah Cinema (FBC) 2024 yang digelar di Ruang Teater Lantai Dua FDIKOM.


Pada Rabu (15/05), Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) sukses menyelenggarakan acara tahunan Forum Bedah Cinema (FBC). Acara digelar di Ruang Teater Lantai Dua Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM). Tujuan acara yakni guna mendiskusikan serta menganalisis karya-karya sinematik, hingga makna teknis yang dapat diterapkan mahasiswa mengenai pembangunan narasi dalam film, serta teknikal dalam promosi film.

Pemateri FBC, Miliki Amirus Sholeh menuturkan, film merupakan suatu teks. Namun, teks bukan sebatas naskah, tetapi sesuatu yang bisa dibaca dari berbagai perspektif. Film “13 Bom di Jakarta” hadir dengan pembawaan mengenai perkembangan konflik global di era globalisasi yang sebenarnya dipicu oleh uang, batas wilayah, dan kekerasan atas ketidakadilan negara. 

“Naskah dan film harus dibaca dengan cermat sebagai produk ideologi dan pasar. Hal ini berguna untuk menghindari keterjebakan pemahaman yang melenceng. Dengan menayangkan dan membedah film tersebut, mahasiswa dapat memahami tingkat kekerasan di Indonesia. Mulai dari kekerasan mikro yang terjadi di dalam lingkup keluarga, serta makro yang terjadi di dalam lingkup negara. Hal ini akan mengubah perspektif umum mengenai kekerasan bukanlah terjadi karena agama, serta menunjukkan bahwa negara tidak mendominasi ide kekerasan,” tuturnya.

Ketua Pelaksana (Ketupel), Abigail Syavinla Ardian menanggapi, film “13 Bom di Jakarta” dipilih dalam FBC 2024 karena dapat mengubah pemahaman mengenai terorisme yang biasanya dikaitkan dengan agama. Dengan begitu, mahasiswa mendapatkan informasi baru mengenai kekerasan yang melawan negara, serta tidak semua yang melawan negara dikaitkan dengan radikal atau terorisme. 

“Secara non-teknis, manfaat yang didapat mahasiswa adalah keterbiasaan dengan pembedahan film yang dapat membangun pengetahuan dalam aspek bahasa, seni, dan sastra. Ilmu pengetahuan tidak hanya didapat melalui buku, tetapi juga ditemukan melalui pemahaman visual maupun audio. Semoga FBC dapat menjadi ruang untuk banyaknya naskah yang dapat dilihat dan dijadikan forum riset,” jelasnya.

(Gisska Putri Hidayat)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *