
Deflasi berlebih dikhawatirkan mampu memerosotkan daya saing pasar. Sumber. Medcom.id
Indonesia mengalami fenomena ekonomi yang mengejutkan, dengan deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut. Kondisi tersebut tentu memicu berbagai pandangan, terutama dari kalangan akademisi dan mahasiswa yang sudah terbiasa mendalami ekonomi. Dapat dipahami bahwa deflasi terjadi ketika harga barang dan jasa menurun secara terus-menerus, sehingga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Hal tersebut seringkali dipandang sebagai pertanda melemahnya perekonomian.
Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), jurusan Hukum Ekonomi Syariah (HES), semester tiga, Dwie Durrotunashah menuturkan, fenomena deflasi yang berlangsung lama dapat menyebabkan stagnasi ekonomi. Jika harga terus menurun, maka pelaku usaha akan merasa enggan berinvestasi karena keuntungan yang akan dimiliki terancam berkurang.
“Kalau kondisi ini terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi bisa melambat secara keseluruhan, bahkan bisa menyebabkan peningkatan pengangguran. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan-perusahaan akan menahan produksi dan mengurangi jumlah tenaga kerja,” ujarnya.
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (FU), jurusan Studi Agama-Agama (SAA), semester tiga, Nadwah Safira mengatakan, meskipun harga barang menurun, daya beli masyarakat justru tidak serta merta meningkat. Maka dari itu, adanya dukungan dan pergerakan cepat oleh pemerintah bisa jadi mampu menanggulangi persoalan deflasi saat ini.
“Meskipun harga turun, tetapi pendapatan masyarakat tidak mengalami peningkatan, maka kemampuan untuk membeli barang tetap rendah. Maka pemerintah harus mulai mendorong kebijakan fiskal yang efektif untuk meningkatkan daya beli masyarakat,” pungkasnya.
(Keyzar Devario)