
Pengisian tangki mobil di salah satu SPBU swasta. Sumber. m.autogear.id
Banyak masyarakat kini beralih ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta setelah mencuatnya isu dugaan peredaran BBM oplosan. Kekhawatiran terhadap kualitas bahan bakar mendorong konsumen mencari alternatif yang dianggap lebih terpercaya. Perubahan pola konsumsi ini memicu berbagai tanggapan, termasuk dari pihak terkait yang menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap distribusi BBM.
Mahasiswa pascasarjana Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), jurusan Magister Hukum Keluarga (MHK), semester delapan, Riyadh Assomady mengungkapkan , kasus pengoplosan BBM menyebabkan ketidakseimbangan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sangat merugikan berbagai pihak, seperti hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap aset sumber energi negara serta kerugian besar yang diterima negara.
“Dampak tersebut juga dirasakan mahasiswa, misalnya jika kendaraan mereka rusak akibat bahan bakar yang tidak sesuai dengan spesifikasi kendaraan. Kondisi ini membuat biaya pengeluaran mahasiswa semakin meningkat,” ungkapnya.
Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), jurusan Bahasa dan Sastra Arab, semester enam, Sabil Muhammad mengatakan, peralihan yang kini masyarakat lakukan merupakan sebuah hal yang lumrah. Hal ini dianggap sebagai bentuk kekecewaan terhadap Pertamina, apalagi kualitas BBM swasta dinilai lebih baik.
“Banyak masyarakat yang berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun masih ada oknum yang melakukan tindakan merugikan banyak pihak melalui praktik pengoplosan BBM. Praktik ini berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap distribusi BBM, kinerja mesin kendaraan, dan biaya hidup masyarakat,” pungkasnya.
(Mahendra Dewa Asmara)