
Suasana cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini. Sumber. Tribun Jabar
Perubahan cuaca ekstrem kian terjadi, seperti banjir besar, suhu panas ekstrem, dan badai yang mulai dirasakan dampaknya pada berbagai sektor, termasuk pendidikan. Hal ini berdampak pada infrastruktur pendidikan, seperti kerusakan jalan menuju kampus, penundaan jadwal perkuliahan, hingga penurunan konsentrasi belajar akibat suhu yang tidak nyaman.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Kesejahteraan Sosial (Kessos), semester tiga, Rizka Yuni Amalia menuturkan, perubahan cuaca yang sangat ekstrem seringkali menyulitkan aksesibilitas bagi dirinya, khususnya ketika hendak melangsungkan perkuliahan, bahkan hingga memberikan dampak lelah fisik yang dialaminya.
“Akibat dari perubahan cuaca ekstrem, saya terpaksa melewatkan beberapa perkuliahan penting. Selain itu, suhu panas yang ekstrem juga sangat melelahkan secara fisik, sehingga sulit untuk fokus belajar,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST), jurusan Matematika, semester tiga, Maulana Fajar Malik mengatakan, dirinya cenderung mengamati dampak psikologis yang dialami akibat perubahan cuaca ekstrem. Banyak aktivitas yang seharusnya dapat berjalan lancar, tetapi menjadi terganggu.
“Ketika cuaca tidak menentu, seperti panas ekstrem atau hujan deras disertai angin kencang, rasa cemas meningkat. Terutama jika aktivitas perkuliahan harus dilakukan di luar ruangan atau ada jadwal kegiatan kampus yang mendesak. Ini sangat mempengaruhi produktivitas saya,” ujarnya.
(Keyzar Devario)