
Proses jual beli masyarakat di Pasar Lokal. Sumber. Media Indonesia
Pada 2024, kini Indonesia kembali alami peningkatan pengeluaran riil per kapita per tahun. Laporan tersebut dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tentang standar hidup layak di Indonesia. Tercatat tahun ini mengalami peningkatan hingga Rp.12,34 juta per tahun atau Rp.1,2 juta perbulannya. Hal ini mendapatkan berbagai macam respon termasuk dari mahasiswa UIN Jakarta mengenai kenaikan biaya hidup.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), jurusan Akuntansi, semester lima, Firdaus Dika mengungkapkan, Rp.12,34 juta per tahun adalah angka yang tinggi. Artinya, jika satu keluarga terdiri dari empat orang, maka kurang lebih Rp.50 juta idealnya satu keluarga mengeluarkan untuk kebutuhannya. Hal ini masih sangat terlampau jauh mengingat banyak daerah dengan Upah Minimum Regional (UMR) di bawah Rp.5 juta, bahkan kurang dari itu. Maka hal ini adalah sebuah tren buruk yang selalu ada di setiap tahunnya.
“Pemerintah harus segera bertindak melalui kebijakan yang dapat menekan biaya hidup dan menguatkan Kembali nilai jual rupiah itu sendiri. Beberapa waktu lalu, tren daya beli masyarakat menurun, hal ini bukan karena sedang menghemat, tetapi memang tidak ada kuasa untuk membeli suatu barang, bahkan hingga kebutuhan pokok sekalipun. Jadi, memang masih banyak yang kesulitan,” ungkapnya.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Jurnalistik, semester tiga, Putri Nuuri Luisa menanggapi, jika berbicara biaya hidup itu sifatnya relatif, karena setiap orang memiliki lifestyle yang berbeda. Untuk mendapatkan hidup layak pastinya perlu bekerja dan mengurangi hal-hal yang tidak perlu. Jika tidak dikontrol, maka tidak menutup kemungkinan di tahun selanjutnya Indonesia akan mengalami tren yang sama tanpa disadari oleh masyarakat.
“Berdasarkan realita sekarang, mata uang dollar telah naik dan melemahnya nilai mata uang rupiah. Hal ini merupakan bentuk salah satu buntut dari naiknya biaya hidup layak di Indonesia. Sebab, bahan pokok juga turut naik harga, sehingga hal ini turut berkontribusi dalam mendorong kenaikan biaya hidup di tahun 2024 yang melonjak hingga Rp.1,2 juta tersebut,” tanggapnya.
(Rayhan Anugerah Ramadhan)