Potret Kemiskinan yang masih merajalela di Indonesia. Sumber. idxchannel.com
Bantuan Sosial (Bansos) dan subsidi telah dikerahkan oleh pemerintah Indonesia guna mengatasi kemiskinan masyarakat. Keduanya dilakukan dengan memberikan dana dan bantuan sebagai sebuah senjata. Namun, hal tersebut ternyata belum memberikan perubahan yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Padahal, bansos dan subsidi tersebut telah menguras Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga menyentuh angka triliun.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM, jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), semester empat, Ahmad Aulia Rohman mengatakan, pemerintah perlu adakan evaluasi terkait bansos dan juga subsidi kepada masyarakat kurang mampu. Sebab, berdasarkan realita, banyak dari masyarakat yang masih terjerat angka kemiskinan.
“Memotong dana APBN guna memberikan bansos dan subsidi bahkan sudah pernah dilakukan. Namun, ternyata sasaran pemberian masih kurang tepat sehingga menimbulkan ketidakefektifan terkait penyebaran bansos itu. Mungkin kedepannya dapat menjadi opsi bahwasanya bansos tidak hanya berupa dana atau kebutuhan pokok, misalnya bisa berupa modal untuk pemberdayaan dan peningkatan kualitas kehidupan dalam jangka panjang,” ujarnya.
Mahasiswa Fakultas Psikologi, jurusan Psikologi, semester dua, Achmad Maulana Yusuf menuturkan, terdapat banyak pemalsuan data kemiskinan, serta penyalahgunaan bansos dan subsidi. Hal tersebut menyebabkan kekeliruan pemerintah dalam menyebarkan bantuan. Selain itu, sumber daya manusia (SDM) yang rendah juga turut menjadi faktor penghambat.
“SDM yang masih rendah memang menjadi penghambat dalam perkembangan masyarakat Indonesia. Selain itu, kita tidak bisa menjadikan bansos dan subsidi sebagai senjata utama. Sebab, faktor yang menyebabkan banyak masyarakat terjerat kemiskinan adalah kurangnya pendidikan yang mempersempit kesempatan. Dengan itu, perlu dibangunnya tekad yang kuat sebagai faktor internal untuk perubahan perekonomian keluarga dan negara,” jelasnya.
(Asy Syifa Salsabila)
Yang miskin tambah miskin
Yang kaya jatuh miskin