
Proses Pemilihan Umum (Pemilu). Sumber. UM Surakarta
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 mencatat angka golput yang cukup tinggi, yakni mencapai 42 persen. Fenomena ini memunculkan berbagai tanggapan dari masyarakat, termasuk kalangan mahasiswa yang menyuarakan keprihatinan serta harapan untuk perbaikan pada Pilkada di masa mendatang.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan Matematika (PM), semester lima, Iqbal Nawwaf menuturkan, hal tersebut dapat dikatakan sebagai fenomena besar yang harus segera dibenahi. Sebab jika tidak, maka generasi akan terbiasa untuk tidak memperhatikan hak suara mereka.
“Golput sebanyak 42 persen itu angka yang sangat besar. Menurut saya, ini menunjukkan masih banyak masyarakat yang merasa tidak percaya pada kandidat atau proses pemilu itu sendiri. Harus ada pendekatan yang lebih proaktif untuk melibatkan masyarakat dalam politik,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), jurusan Hukum Pidana Islam (HPI), semester lima, Kholifah Bunga Jelita mengatakan, dalam menanggapi persoalan ini, maka tanggung jawab bukan hanya milik pemerintah, melainkan juga masyarakat Indonesia itu sendiri.
“Sebagai warga negara, kita punya kewajiban untuk memilih pemimpin. Saya berharap kedepannya kepada masyarakat, khususnya generasi muda, terutama mahasiswa dapat lebih sadar akan pentingnya peran suara mereka dalam menentukan arah kebijakan di masa depan,” pungkasnya.
(Keyzar Devario)