Potret Ulik, mahasiswa yang berhasil meraih program MOSMA di tahun terakhir kuliah.
Mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Amirah Syahirah atau biasa dipanggil Ulik menjadi salah satu penerima program MORA Overseas Student Mobility Awards (MOSMA) UIN Jakarta. Ia berhasil mendapatkan program exchange di tahun terakhirnya berkuliah. Setelah sebelumnya selalu gagal setiap mengikuti program exchange hingga kesempatan emas datang diakhir masa berkuliahnya, dirinya tanpa pikir panjang mengambil kesempatan itu.
“We’re not gonna live that long, we can die tomorrow. So why we’re not embracing every moment and finding joy in every journey? It is not about how much time we have, but how we choose to inhabit it,” jelasnya ketika menjadi pembicara di Student Speaker TEDx UIN Jakarta.
Perempuan tangguh kelahiran Palembang, 13 Mei 2003 tersebut merupakan anak sulung dari dua bersaudara, Ulik mengungkapkan dirinya hampir tidak memiliki seseorang yang dijadikannya tokoh inspiratif, dirinya hanya lebih fokus ke diri sendiri dan menjadikan dirinya sebagai tokoh inspiratif untuk menciptakan cerita versinya.
Perjuangannya sangat terasa ketika sedang dikerahkannya peralihan semester empat ke semester lima. Sebab, itu adalah masa peralihan dari proses perkuliahan secara dalam jaringan (daring) ke luar jaringan (luring). Disaat yang bersamaan, dirinya harus merantau dan hidup sendiri, serta jauh dari keluarga. Hal itu mengakibatkan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) turun karena harus beradaptasi yang cukup memakan waktu.
“Ketika jadwalnya harus kuliah, 100% dikerahkan fokus hanya untuk kuliah dan belajar, lalu langsung mengerjakan tugas tanpa ditunda. Selain itu, biasanya saya mencatat. Karena mencatat adalah cara untuk mengikat ilmu,” ujarnya dalam menjelaskan kiat dirinya dalam memperbaiki nilai IPK.
Selama di UIN Jakarta, selain aktif kuliah dan berorganisasi, Ulik juga aktif dalam mengikuti kegiatan di luar kampus seperti magang, forum diskusi, konferensi nasional hingga internasional, berbagai lomba, kunjungan ke kedutaan besar negara lain, dan lain sebagainya.
“UIN Jakarta memberikan pengalaman yang sangat berkesan, khususnya di tahun 2022. Saat itu UIN Jakarta mengundang Presiden Timor, yakni Leste José Ramos-Horta,” tuturnya.
Dirinya menjadi satu-satunya mahasiswa yang bisa berinteraksi dengan Presiden dan mendapatkan apresiasi dari Rektor UIN Jakarta saat itu,ibu Amany Lubis.
“Sebuah kesempatan yang luar biasa dan bahkan tidak pernah terpikir sebelumnya bisa merasakan kuliah di salah satu kampus ivy league, Columbia University in the City of New York. karena sebelumnya, aku sempat berkali-kali gagal ikut kegiatan exchange dan sempat menyerah karena rasanya kesempatan untuk kuliah di luar negeri selama S1 ini sudah habis,” tutur Ulik.
Pengalaman yang luar biasa tersebut membuat dirinya lebih terbuka dan open minded. Ia juga semakin menjadi orang yang senantiasa bersyukur karena berhasil mewujudkan mimpinya bisa menjadi mahasiswa exchange di S1.
“Columbia University sangat mewadahi pelajar muslimnya dengan mushola yang sangat nyaman, toleransi yang baik, referensi-referensi yang kaya, bahkan ada mata kuliah Islam di sana,” tuturnya.
Tidak hanya berkesempatan menjadi penerima MOSMA, dirinya juga berkesempatan menjadi mahasiswa yang lulus ke-urutan 10 diangkatannya meskipun disambi harus berkuliah di Columbia university selama 1 semester.
“Karena sambil kuliah lagi di Columbia University, waktuku sangat sedikit untuk mengerjakan skripsi, bahkan hampir tidak tersentuh selama 3 bulan. Semoga UIN Jakarta semakin terdepan dan banyak melahirkan cendekiawan muslim nantinya,” pungkasnya.
(Rayhan Anugerah Ramadhan)