Ahmad Anta Rahmatullah saat menjadi Duta Berbakat FSH 2024.
Mahasiswa Hukum Keluarga (HK) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), Ahmad Anta Rahmatullah atau biasa dipanggil Anta telah menerima beberapa penghargaan selama menempuh pendidikan di jenjang Perguruan Tinggi di UIN Jakarta. Ia berhasil meraih Juara 3 dalam perlombaan Qira’atul Akbar pada kompetisi Gema Karya Arab Internasional yang digelar Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (HMPS PBA) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), serta berhasil menjadi Duta Berbakat Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Jakarta 2024.
Pria asal kelahiran Jember, 19 juni 2004 tersebut merupakan alumni Pondok Pesantren Modern Al–Hassan pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) hingga sekolah menengah atas (SMA). Kini selain menjalani pekuliahan, dirinya memiliki kegiatan menjadi Muddabir di Mabna Syekh Abdul Karim (MSAK) Ma’had UIN Jakarta, serta menjadi tutor pidato bahasa Arab pada program Andalusy Class pada Himpunan Mahasiwa Sastra Arab Universitas Padjajaran (Unpad).
“Merasa putus asa dalam sebuah proses pasti pernah dirasakan pada setiap perjalanan. Namun, terkadang kita memang harus mundur selangkah untuk melangkah lebih jauh lagi,” pepatah tersebut-lah yang membuat dirinya bangkit dari keterpurukan. Seperti pada saat ia pernah mengalami kegagalan yang mengakibatkan rasa putus asa itu timbul. Memilih beristirahat sejenak dari berbagai ajang perlombaan dalam beberapa bulan menjadi sebuah pilihan yang tepat, sebelum kembali meraih kejuaraan dengan hasil yang lebih memuaskan.
Memiliki ketertarikan yang begitu tinggi terhadap Bahasa Arab dan ilmu public speaking sudah dirasakan oleh Anta sejak berada di dalam Pondok Pesantren. Sebab, melihat beberapa tokoh yang menjadi public figure mampu mempengaruhi orang lain dengan kemampuan public speaking yang dimiliki, sehingga pesan yang disampaikan mampu tersampaikan dengan baik.
Iswad Muchtar atau yang kerap disapa dengan Da’i Pais, seorang da’i di salah satu stasiun televisi swasta merupakan salah satu sosok yang mengajarkan dan memotivasi dirinya, khususnya dalam ilmu public speaking. Sementara, dalam hal kebahasaan, dirinya menjadikan Ustad Farid Perdana yang merupakan seorang murobbi di Mabna Syekh Abdul Karim (MSAK) sebagai panutan hingga saat ini.
Keresahan yang dialami ibunda Anta atas banyak prestasi yang telah diraih, yakni ibundanya merasa tidak ada keuntungan yang di dapat dan akan mengganggu masa perkuliahannya. Namun, kekhawatiran itu berhasil terpatahkan setelah sang ibunda melihat ketika Anta berhasil menjadi narasumber dalam acara sebagai Best Perform Arabic Poetry Reading.
“Bukan karena bakat, tetapi keinginan yang kuat dan kemauan untuk terus berlatih menjadi kunci kesuksesan. Ingin membanggakan kedua orang tua menjadi penyemangat utama saya. Kemauan membuktikan kepada ibunda atas keaktifan anaknya di dunia perlombaan pasti akan membuahkan hasil kelak,” jelas Anta.
Menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Arab dan Inggris masih menjadi keinginan terbesar bagi dirinya. Sebab, Anta merasa bahwa untuk saat ini ia hanya menguasai bahasa Arab, tetapi belum menguasai Bahasa Inggris. Jika bahasa Arab ia dalami, yakni karena bahasa Arab merupakan bahasa yang digunakan oleh Rasulullah SAW. Maka, mempelajarinya adalah bentuk kecintaan terhadap Rasulullah SAW. Sementara, bahasa Inggris ingin diperdalam karena merupakan bahasa dunia.
“Optimalkan dan maksimalkan lah masa muda, serta berikan kesan dalam kehidupan. Sebab, masa muda hanya datang sekali dan masa tua telah menanti. Apabila telah terlewati, jangan harap sekali-kali untuk kembali. Andai saja masa muda dapat diulang walau hanya sekali, maka sungguh akan aku kabarkan penyesalan dimasa tua,” pungkasnya.
(Asy-Syifa Salsabila)