
Berlangsungnya agenda Ciputat Membaca yang digelar di Auditorium Harun Nasution.
Pada Rabu (4/12), Festival literasi Ciputat Membaca digelar oleh 17 aliansi mahasiswa di Ciputat. Acara mengusung tema “Reading on the Screen: Melestarikan Budaya Literasi di Tengah Arus Teknologi”. Acara ini digagas sebagai respons terhadap semakin menurunnya minat baca di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Festival yang diselenggarakan di Auditorium Harun Nasution ini bertujuan untuk menghidupkan kembali semangat literasi di kawasan Ciputat, di mana dikenal dengan tradisi intelektual dan pemikiran kritis.
Pimpinan Produksi Festival Ciputat Membaca, Ibrahim Haikal menjelaskan, penyelenggara festival yang terdiri dari berbagai komunitas literasi dan organisasi pergerakan memulai pertemuan awal pada September 2024. Berawal dari keresahan dengan dua aspek yaitu, ego sektoral yang membuat komunitas lebih banyak bersaing daripada berkolaborasi, serta menurunnya minat baca akibat dominasi teknologi.
“Ide utama dari festival ini adalah untuk menanggapi keresahan tentang penurunan minat baca yang terjadi di tengah kemajuan teknologi. Kami ingin membuktikan bahwa teknologi bisa menjadi sarana peningkatan literasi, bukan malah menghambatnya. Tujuan utama dari acara ini adalah menghidupkan kembali budaya literasi di Ciputat yang selama ini dikenal sebagai kawasan yang menghasilkan banyak pemikir dan intelektual.” jelasnya.
Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI), jurusan Dirasat Islamiyah, semester sembilan, Muhammad Akbar Prasetyo menuturkan, tema yang diangkat menjadi pilihan tepat untuk menggambarkan pentingnya literasi dalam era digital. Meskipun teknologi membentuk cara berpikir menjadi lebih teknis, tetapi aspek abstrak, imajinatif, dan kreatif tetap berada dalam ranah literasi yang lebih tinggi.
“Festival ini mampu mengembalikan semangat literasi yang lebih mendalam, sehingga akan menjadi landasan bagi pencerahan intelektual dan perkembangan kebudayaan. Selain itu, Ciputat Membaca tidak hanya menjadi ajang untuk meningkatkan minat baca, tetapi juga untuk mendorong dialog intelektual dan memperkuat apresiasi terhadap literatur,” tuturnya.
Dirinya menambahkan, festival ini menyediakan ruang interaktif bagi pengunjung dari berbagai kalangan untuk berdiskusi, berbagi ide, dan mengeksplorasi dunia literasi secara lebih luas. Pada dasarnya, festival ini digelar guna menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mengembangkan minat baca yang kritis, meski di tengah gempuran teknologi digital yang semakin dominan.
(Asy Syifa Salsabila)